Liputan6.com, Jakarta - Baku tembak antara anggota TNI AL Kapten (Laut) Eko Wuryanto dan personel Satuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Timur Briptu Seno Aji, Selasa kemarin, diduga akibat salah paham.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian mengatakan, keduanya saling mencurigai, karena tak ada yang mengenakan seragam. Polisi mencurigai Kapten Eko sebagai sindikat pengedar sabu.
Sebaliknya, lanjut Tito, Kapten Eko mengira Briptu Seno yang berpakaian sipil itu, sebagai kelompok begal, lantaran tiba-tiba membuka pintu mobil dan menodongkan senjata.
"Ini juga buat bahan evaluasi. Karena kadang kita juga anggota polisi berpakaian preman, sehingga pada saat di jalan mereka melakukan tindakan membawa senpi," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (2/3/2016).
"Kadang masyarakat mengira, apakah ini polisi penegak hukum atau pelaku kejahatan? Kita kadang susah membedakan, problemnya di situ," sambung dia.
Tito pun mencontohkan kebingungan masyarakat di luar Polri menyikapi anggota berpakaian preman, saat peristiwa bom Thamrin 14 Januari lalu. Karena banyak polisi tak berseragam berada di lokasi, Kepala Biro Operasi Polda Metro Jaya (Karo Ops PMJ) Kombes Martuani Sormin kesulitan mengenali antara teroris dan polisi.
Baca Juga
"Contohnya kita waktu teror bom Thamrin. Waktu itu yang namanya Sunakim dikira Pak Karo Ops PMJ, pikir itu anggota polisi tapi ternyata teroris," ujar mantan Kapolda Papua ini.
Karena itu, Tito menyarankan, ke depan jika anggota kepolisian beraksi di tengah kerumunan warga, setidaknya ada 1 polisi mengenakan pakaian dinas di antara personel berpakaian preman. Sehingga masyarakat tak curiga.
"Mungkin ada anggota-anggota lain yang menggunakan identitas kepolisian. Segera begitu di tempat keramaian publik, selain anggota polisi yang berpakaian preman, begitu melakukan upaya penyergapan, muncul polisi yang berpakaian dinas," pungkas Tito.
Seorang polisi dari kesatuan Reserse Narkoba Polres Metro Jakarta Timur Briptu Seno Aji ditembak anggota TNI AL Kapten (Laut) Eko Wuryanto di TMII, Jakarta Timur, Selasa 1 Maret 2016.
Penyebabnya, karena diduga salah paham antara perwira TNI itu dengan Briptu Seno yang tengah menyamar, saat menangkap pengedar narkoba berinisial EA.
Namun, pada saat bersamaan tidak jauh dari lokasi penangkapan, mobil Kapten Eko yang terparkir di bahu jalan tiba-tiba dihidupkan. Briptu Seno lalu mengetuk kaca mobil dan mengeluarkan tembakan peringatan ke udara.
Merasa curiga dan khawatir yang mengetuk adalah kawanan begal, Kapten Eko lalu mengambil senjata dan melepaskan tembakan ke arah Briptu Seno.