Liputan6.com, Jakarta Di zaman moden dan teknologi yang maju pesat saat ini, masyarakat sudah sangat lekat dengan yang namanya smartphone. Wakil Ketua MPR Oesman Sapta Odang mengatakan, hanya dengan membawa handphone, seseorang bisa mengetahui isi dunia.
"Dulu murid menanyakan semua hal kepada guru, sekarang murid bisa menanyakan semua hal dengan melihat Google. Google bisa memberi rujukan baik bersifat positif maupun negatif, dalam beberapa hal dapat mengkhawatirkan," ujar Oesman dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR di hadapan ratusan siswa sekolah Labschool, Rawamangun, Jakarta, Selasa (8/3/2016).
Oesman melanjutkan, guru selalu memberi rujukan yang positif, namun tidak dengan google. Google akan memberi jawaban semua yang diinginkan. Oesman mencontohkan di Google tidak hanya memberi tahu siapa penemu bom, namun bagaimana merakit bom juga bisa diunduh.
Advertisement
Hal inilah yang bisa memicu orang bisa melakukan tindakan yang berbahaya. Hal demikian tentu lain dengan guru yang tidak akan memberi sesuatu hal yang membahayakan. "Guru melarang murid menjadi teroris," tegas Oesman.
Oesman pun mengingatkan masyarakat harus bijak dan arif dalam menyikapi perkembangan teknologi. "Efek atas teknologi harus disikapi dengan baik," papar Oesman.
Tidak hanya soal teknologi yang dikritisi Oesman, masalah masuknya budaya barat yang belum tentu cocok juga diingatkan kepada para siswa. Dia mengutip pendapat salah satu duta besar Indonesia agar mengubah mindset soal budaya.
"Jangan membawa budaya lama, sebab orang tak mengenal budaya lama. Sekarang orang mengenal budaya baru," ucap dia.
Dia mengartikan tuntutan dunia internasional adalah sesuatu budaya yang maju ke depan dan kecanggihan teknologinya menjangkau ke depan. "Ini yang harus dicamkan oleh anak-anak Labschool akan arti penting teknologi," kata Oesman.
Oesman menjelaskan, pendidikan itu bukan hanya feeling dan insting, tapi juga rasio. Dia pun bangga dengan Labschool, sekolah modern di mana komunikasi antara murid dan guru hidup.
(*)