Sukses

Cerita Ngeri Kawasan Prostitusi Kotak Sabun Pesing Jakarta Barat

Beragam aksi kejahatan muncul di kawasan kali Angke, Pesing. Tak jarang sebagian pejalan kaki atau pengendara motor merinding melintasinya.

Liputan6.com, Jakarta - Gelap dan rawan tindak kejahatan. Itulah anggapan warga yang melintas di Jalan Pangeran Tubagus Angke, Tanjung Duren, Jakarta Barat. Terlebih lagi di sepanjang kawasan pinggir Kali Angke yang hampir tiap malamnya disulap menjadi lokalisasi Kotak Sabun.

Disebut Kotak Sabun lantaran sang germo atau muncikari di sana menyediakan lapak mesum berukuran 1x2 meter. Lapak berupa tenda terpal itu berdiri di atas beberapa bilah bambu. Cerita soal kerawanan lokasi tersebut sering berdengung di telinga para pengendara motor.

Wili (27), warga sekitar yang tidak jauh dari lokasi prostitusi mengungkapkan, dirinya pernah menjadi korban pemalakan saat melintas di sana. Awalnya, dia mengaku melihat wanita menangis dan meronta-ronta di pinggir jalan tersebut. Wili lalu menghampiri karena kasihan.

Si wanita mengaku ponselnya dirampas orang. Sementara kawanan pemalak berada tidak jauh dari Wili dan wanita itu menunggu waktu beraksi.

"Terus dia (wanita) nunjuk orang, laki-laki yang nggak jauh dari situ. Itu tuh yang ambil HP saya, tolong dong bang ambilin," tutur Wili kepada Liputan6.com, Jakarta, Sabtu (12/3/2016).

Wili lalu berinisiatif menghampiri seorang pria yang ditunjuk wanita tersebut. Dari lokasi Wili bertemu dengan wanita itu dan pelaku pemalakan hanya berjarak sekitar 15 meter.

"Saya coba datangin. Malah dia malak HP saya sambil keluarin pisau," ujar Wili.

Anehnya lagi, ujar Wili, wanita yang tadinya menangis sambil berteriak-teriak tak lagi terlihat. Saat itu Wili merasa telah dikerjai dan terkena jebakan wanita tersebut. Sejak saat itu, dia mengaku tak pernah lagi memperdulikan bila bertemu peristiwa serupa.

"Saya nengok habis HP saya diambil enggak ada itu cewek. Saya anggapnya ya pasti ini berkomplot lah. Cewek itu mengarahkan saya ke preman tadi," sambung Wili.

Cerita lain datang dari pengalaman salah seorang wartawan yang biasa meliput di seputar Jakarta Barat. Saat itu, wartawan yang enggan disebutkan namanya ini tengah meliput kegiatan penertiban yang dilakukan Dinas Sosial DKI Jakarta. Namun, dia justru menjadi bulan-bulanan sekelompok waria.

"Waria dan beberapa warga keluar dari dalam gang-gang menimpuki batu ke arah mobil petugas," terang wartawan tersebut.

Terakhir, cerita datang dari pria bernama Ujang. Dia menyebutkan, setiap melintasi jalan tersebut dirinya tak pernah berjalan pelan. Selain jalan gelap, dirinya pernah hampir menjadi korban kejahatan para waria yang memaksa bermain.

"Waduh mana pernah saya pelan lewat situ. Ngeri di situ. Pernah juga dicegat waria di situ cuma enggak saya ladenin. Cuman kan nekat-nekat waria di situ. Gelap gitu tempatnya," ujar pria yang bekerja sebagai tele marketing di salah satu perusahaan swasta di Jakarta Barat.

Muslim Abdul Rahmad menjadi korban perampokan dan pengeroyokan yang diduga dilakukan oleh segerombolan orang di kawasan tersebut. Peristiwa terjadi sekitar pukul 19.40 WIB, Jumat 11 Maret 2016. Saat itu dia tengah dalam perjalanan pulang usai meliput di kawasan Jakarta Barat.   

Muslim menepi untuk buang air kecil di sekitar taman Tubagus Angke. Usai buang air kecil, Muslim dihampiri seorang pria dan 2 waria bernama Korina dan Lena. Di lokasi tersebut tas Muslim ditarik oleh seorang waria. Muslim pun kaget ketika mengetahui dompet dan HP-nya sudah berpindah tangan.

Diakui Muslim, sebelum uang dan HP-nya berpindah tangan, dirinya terlibat aksi tarik menarik tas yang diselempangkan pada bahunya dengan ketiga orang yang menghampirinya.

"Saya tarik-tarikan dulu. Saya sempat coba melawan. Seingat saya pelaku ada lima orang yang keroyok saya," ungkap Muslim.

Akibat pengeroyokan tersebut, Muslim mendapat tindak kekerasan dengan dipukul kayu yang ujungnya berpaku. Lengan kiri Muslim mengalami luka, dan bagian tubuh lainnya mengalami memar