Sukses

BNPB: Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun Ini Juga Membakar Orangutan

Menurut BNPB, pembakaran orangutan dan satwa langka lainnya itu dilakukan dengan sengaja.

Liputan6.com, Pekanbaru - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan sejak 3 pekan terakhir beberapa wilayah di Indonesia, khususnya Sumatera dan Kalimantan, kembali dilanda kebakaran hutan dan lahan (karhutla)

Kebakaran ini menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, tidak hanya membakar lahan tapi juga satwa langka yang dilindungi.

"Karhutla yang terjadi pada Februari 2016 ikut membakar Orang Utan dan satwa langka yang dilindungi. Satwa menjadi korban kecerobohan dan pembakaran. Artinya disengaja dibakar," tegas Sutopo melalui pesan singkatnya, Pekanbaru, Minggu (13/3/2016).

Di samping itu, pada hari ini Satelit Modis sensor Terra Aqua dari NASA juga mendeteksi ratusan titik panas. Ini sebagai indikasi bahwa Indonesia kembali dilanda kebakaran hutan dan lahan.

"Ratusan titik panas atau hotspot itu terpantau di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Pulau Jawa," ungkap Sutopo. 

Menurut Sutopo, kebakaran tetap saja terjadi kendati berbagai upaya antisipasi telah dilakukan pemerintah pusat bersama pemda serta dunia usaha dan lainnya. Namun kejadian itu tetap saja berlangsung.

"Hari ini ada 151 titik api yang terdeteksi hari ini," sebut Sutupo.

Menurut Sutopo, titik api paling banyak terjadi di Kalimantan Timur. Yaitu ada 76 titik. Kemudian menyusul Provinsi Riau 45 titik, Aceh 11 titik, Kalimantan Utara 7 titik.

Selain itu, juga Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Selatan dengan masing-masing ada 2 titik. Sedangkan di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Maluku Utara, dan Jawa Timur juga terdapat hotspot dengan masing-masing 1 titik.

Di Riau sendiri, sebaran titik panas api terdapat di Kabupaten Bengkalis sebanyak 16, Indragiri Hulu ada 2, Kepulauan Meranti ada 20, Pelalawan 4 titik, Rokan Hilir 1 titik, dan Siak 2 titik.

"Sedangkan 76 hotspot di Kalimantan Timur tersebar di Kabupaten Berau 9, Kutai Kartanegara 16, Kutai Timur 50, dan Bontang 1," jelas Sutopo.

Berdasarkan prakiraan BMKG, cuaca cuaca di Riau dan Kalimantan Timur pada umumnya kering. Wilayah di Riau saat ini memasuki kemarau periode pertama hingga April mendatang.

"Namun kemarau yang terjadi tidak sekering saat kemarau periode kedua pada Juli hingga September mendatang. Meskipun demikian kondisi air sumur dan air permukaan sudah mulai menipis sehingga menyulitkan petugas saat memadamkan api," sebut Sutopo.

Sutopo menyatakan, kebakaran lahan di Riau dan Kalimantan Timur sudah berlangsung hampir tiga pekan terakhir dengan jumlah hotspot yang fluktuatif.

"Jumlah total hotspot di Kalimantan Timur lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Memang terjadi anomali, di mana karhutla sebelumnya di Kalimantan Timur relatif sedikit dibandingkan dengan yang lain," jelas Sutopo.