Liputan6.com, Bogor - Ratusan pengojek di lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) berunjuk rasa menolak program Green Transportation. Mereka menilai kebijakan tersebut mengancam usaha yang saat ini mereka lakoni.
Aksi unjuk rasa kali ini dengan memblokir akses menuju kampus IPB Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Yanto, salah satu pendemo mengatakan, sejak diberlakukannya Program Green Transportation pada 1 Maret lalu, kendaraan roda 2 termasuk pengojek yang mengantar mahasiswa maupun karyawan IPB dilarang masuk ke dalam lingkungan kampus.
Baca Juga
"Ini sangat merugikan kami yang hanya mengandalkan uang dari mengojek," kata Yanto yang biasa mangkal depan kampus IPB Dramaga, Selasa (15/3/2016).
Rusdi, tukang ojek lainnya mengaku pendapatannya menurun drastis. Biasanya, dalam sehari ia mampu mendapat uang antara Rp 75 ribu-Rp 100 ribu per hari.
"Sekarang boro-boro, sehari dapet Rp 30 ribu saja susah. IPB nawarin kerja, tapi gajinya kecil. Cukup buat apa," ujar bapak 3 anak ini.
Bukan hanya pengojek, program yang digulirkan kampus IPB juga menyulitkan pemilik usaha makanan dan minuman di kantin lingkungan kampus.
"Karena ojek enggak boleh masuk, jadi harus jalan dari parkir depan sampai kantin sekitar 200 meter. Berat juga kalau sambil bawa barang bawaan," kata Evi Puspita.
Bukan hanya penjual makanan dan pengojek, sebagian besar mahasiswa juga menolak diberlakukannya program tersebut. Sebab, kebijakan rektor dinilai tebang pilih.
"Program ini bikin repot dan tebang pilih. Tiap Senin sampai Jumat, motor tidak boleh melintas ke dalam kampus. Sedangkan mobil pribadi masih bisa lalu lalang," ungkap Maulidi.
Sebagai bentuk aksi penolakan, beberapa hari lalu mahasiswa dari berbagai fakultas juga melakukan demonstrasi di lingkungan kampus IPB. Selain itu membentangkan spanduk penolakan program Green Transportation hampir di setiap gedung fakultas.
Tawaran Solusi
Sementara itu Kepala Biro Hukum, Promosi dan Humas IPB, Ir Yatri Indah Kusumastuti mengaku sudah menawarkan solusi kepada tukang ojek di sekitar kampus untuk bekerja di PT Bogor Live Science Technology (BLST), sebagai unit bisnis IPB. Namun mayoritas pengojek tetap menolaknya.
"Musyawarah dan sosialisasi sudah dilakukan jauh-jauh hari. Kami juga sudah menawarkan solusi kepada mereka," kata dia.
Berdasarkan hasil pendataan pihak IPB, dari 217 tukang ojek yang biasa beroperasi di lingkungan kampus, akan dipekerjakan sebagai sopir mobil listrik, penjaga parkir motor, dan montir sepeda dengan gaji sebesar Rp 1,5 juta per bulannya.
"Satu tahun dikontrak, setelah itu bisa menjadi pegawai tetap," kata dia.
Dalam program Green Transportation ini IPB menyediakan kendaraan ramah lingkungan sebanyak 35 unit mobil listrik, 843 sepeda, dan 10 bus kampus yang 3 di antaranya sewaan dari PT Damri. Dengan demikian, mahasiswa, karyawan dan lainnya harus menggunakan moda transportasi yang disediakan pihak kampus.
"Jadi motor tidak boleh masuk ke dalam kampus. Ke depannya baru mobil," terang Yutri.