Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengaku sempat mengontak Komandan Resimen Militer (Danrem) Tadulaku, Brigadir Jenderal TNI Anumertas Syaiful Anwar.
Syaiful menjadi salah satu korban tewas dalam kecelakaan helikopter milik TNI AD jenis Bell 412 ED HA 5171 di Perkebunan Kasiguncu, Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
"Saya masih bicara sama Syaiful beberapa waktu sebelum dia pergi, telepon dari tempat dia mau take off (lepas landas)," ujar Luhut di Skadron 17, Taxiway, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Selasa (22/3/2016).
Dalam sambungan telepon itu, Luhut menanyakan perihal Operasi Tinombala. Salah satu yang ditanyakan mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) itu terkait kesiapan para pasukan dalam operasi tersebut. Mengingat, Syaiful merupakan Wakil Komandan Satgas Operasi pasukan yang memburu teroris Santoso.
Baca Juga
"Ya ngomong bagaimana pergerakan pasukan dan lain-lain," kata Luhut.
Bahkan, lanjut Luhut, percakapan lewat telepon itu dipengeras suara oleh Syaiful. Tujuannya supaya prajurit yang lain dapat mendengar dan berkomunikasi dengan Luhut.
"Dia minta izin dia buka speaker supaya saya bicara ke prajurit-prajurit yang ikut," ucap Luhut.
Helikopter milik TNI AD mengalami kecelakaan pada Minggu 2 Maret 2016. Helikopter jenis Bell 412 ED HA 5171 itu jatuh di perkebunan Kasiguncu, Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah dan menewaskan 13 orang di dalamnya. Prajurit itu terbang menuju Poso untuk membantu operasi memburu Santoso.
Jenazah 13 korban itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Sebab mereka gugur dalam tugas.