Liputan6.com, Jakarta - Ledakan granat di Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, memakan korban jiwa. Ironisnya, ledakan terjadi pada saat pelatihan Satpam yang digelar di salah satu ruangan kampus tersebut.
Kapala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Agus Rianto mengungkapkan dengan adanya kejadian ini pihaknya akan mengevaluasi prosedur pelatihan terhadap Satpam. Khususnya pelatihan mengenai pengenalan bahan peledak.
Ke depan, pelatihan ini tidak akan menggunakan bahan peledak asli. Melainkan dengan alat peraga.
Advertisement
"Jadi diupayakan semaksimal mungkin pelaksanaan pelatihan itu menggunakan alat peraga simulasi," kata Agus di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu (30/3/2016).Â
Baca Juga
Pada saat kejadian, Agus menuturkan, sebenarnya polisi yang bertugas sebagai instruktur hanya ingin memberikan pemahaman kepada para Satpam bagaimana membedakan antara granat asli dengan yang bukan. Hanya saja, saat pengenalan itu malah berujung pada kejadian yang tidak diinginkan.
"Teman-teman Brimob di Sultera memberikan contoh untuk pembeda, antara barang asli dan tiruan. Inilah yang jadi bahan pertimbangan dari teman-teman di sana untuk menampilkan granat asli," ungkap Agus.
Pelatihan Satpam di Kampus Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara berujung maut. Seorang personel Brimob dan 3 Satpam menjadi korban ledakan granat.
Kapolda Sulawesi Tenggara Brigadir Jenderal Agung Sabar Santoso menuturkan, peristiwa tersebut terjadi pada pukul 14.30 WITA, Selasa 29 Maret 2016.
Pelatihan, kata Agung, berjalan sudah 10 hari dan lancar. Dalam sesi pelatihan tersebut rupanya terdapat pengenalan materi bahan peledak.
"Dan yang saat itu dikenalkan bahan peledak jenis granat," kata Agung saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa 29 Maret 2016.