Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok heran dengan hasil survei yang dirilis Charta Politika Indonesia. Dalam survei itu, ditemukan bahwa 80 persen warga Jakarta puas dengan kepemimpinannya. Namun, elektabilitas Ahok hanya 50-an persen.
"Ini ada anomali. Biasa ada kepuasan kinerja kamu, elektabilitasnya mengikuti. Tapi ini enggak," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Kamis (31/3/2016).
Mantan politikus Gerindra ini pun menduga bahwa berbedanya tingkat kepuasan dan pemilih dikarenakan faktor suku, agama dan ras (SARA).
"Mungkin ada faktor primordial, ada juga yang enggak suka gaya saya yang marah," ucap Ahok.
Baca Juga
Selain itu, mantan Bupati Belitung Timur itu juga mengaku tak heran jika warga Jakarta yang memilih Gerindra tetap akan pilih Ahok di Pilkada DKI. Sebab menurutnya, selama ini pemilih tidak memilih partai melainkan sosok di balik partai itu.
"Karena kan pemilih bukan milih partai sebenarnya. Orang kan semua punya kepentingan-kepentingan sendiri," kata Ahok.
Ahok pun menceritakan pengalamannya pada Pilkada DKI Jakarta 2012. Saat itu, pasangan Jokowi-Ahok hanya didukung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerindra. Sementara Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli didukung oleh banyak partai di DPRD DKI.
"Pemilih Gerindra dan PDIP kecil sekali saat itu dan Pak Foke menggabungkan semua partai, toh kalah juga kan. Jadi bukan soal parpol atau apa. Orang Jakarta kan sudah makin pintar pilih orangnya," jelas Ahok.