Liputan6.com, Jakarta - Beragam cerita pilu ada di balik tembok Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya Cengkareng. Panti ini merupakan tempat Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), seperi gepeng, tunawisma, jompo, preman, bahkan orang yang terkena gangguan kejiwaan.
"Pernah ada yang ludahin wajah, BAB di tangan saya, yang premannya bahkan ngancam mau ngebunuh," ujar Sendika (26) mengawali kisahnya pada Liputan6.com, Kamis (31/3/2016).
Sendika adalah salah satu dari 13 Pramusosial (pelayan) di Panti Sosial Bina Insan (PSBI) Bangun Daya Cengkareng, Jakarta Barat, Sendi panggilan akrabnya harus kerja ekstra. Pasalnya, PSBI hanya memiliki 13 Pramusosial yang harus merawat 350 orang PMKS per-hari.
Tak hanya melayani dengan ekstra, Sendi dan kawan-kawannya juga harus bertarung dengan kesejahteraan yang saat ini diperolehnya dengan susah payah. Ia bukanlah Pegawai tetap di Dinas Sosial.
"Saya masuk sini sejak Januari 2010, cuma pegawai honorer," tutur Sendi.
Saat Liputan6.com berkeliling di PSBI, bau menyengat langsung menghampiri hidung, teriakan-teriakan para Warga Binaan Sosial (WBS) yang mengalami ODMK (Orang Dengan Masalah Kejiwaan) juga memekakkan telinga.
"Kami tetap melayani mereka, satu jam sehabis dimandiin nanti BAB sembarangan lagi. Dipakaikan baju, nanti dibuka lagi. Seperti itu, baru 15 menit yang tadi dimandiin, sudah BAB lagi," tunjuk Sendi pada salah seorang ODMK yang ada di pojok ruangan.
Setiap harinya, 15 sampai 20 orang PMKS baru singgah di PSBI. Mereka yang terjaring razia ditempatkan dulu selama 21 hari di panti, sebelum dibawa ke panti-panti terkait. Namun, tidak jarang banyak dariPMKS yang tinggal berbulan-bulan di PSBI. Alasannya klasik, panti-panti yang dituju penuh dan kelebihan kapasitas.
Baca Juga
"Seperti ibu ini, ia sudah 4 bulan di sini. Panti yang dituju tak bisa menerima karena penuh, sedangkan keluarganya tak mau mengambilnya, ya seperti dibuang gitu," terang Sendi, sembari menunjuk salah seorang ibu berusia lanjut.
Di PSBI Bangun Daya Cengkareng, ada 2 bangunan besar, 1 bangunan memiliki 8 ruangan dengan daya tampung 20 orang. Untuk PMKS lansia dan ODMK memang harus dilayani Pramusosial, pasalnya mereka tak mampu mengurusi keperluan pribadi, dari mandi, makan hingga buang air besar.
"Kita sengaja kasih kasur dengan bahan yang licin, entar kalau BAB di sana, gampang nyucinya," tutur Sendi.
Saat kami berkeliling, seorang lansia laki-laki yang dibuang anaknya, pikun menanyakan hal-hal konyol kala kami berbincang di depan ruangan lansia.
"Tadikan barusan makan, udah mandi juga," ujar Sendi menjawab pertanyaan berulang-ulang dari lansia yang bernama Fulan (75). Ia sudah 3 bulan menghuni PSBI Cengkareng.
Fulan sebenarnya memiliki keluarga dan anak-anak yang hidup berkecukupan secara materi. Namun, mereka memilih menitipkan Fulan di panti ketimbang mengurus kebutuhan sehari-hari sang kakek tersebut.
"Dia sudah ngancurin perabotan rumah tangga, sering pikun, jadi keluarganya enggak mau jemput, dan ngambil dia dari sini. Kami udah coba kirim ke panti jompo, tapi dibalikin lagi karena kelebihan kapasitas," jelas Sendi.
Dari pantauan Liputan6.com di PSBI Cengkareng, para PMKS ini diberi berbagai penyuluhan dan penyadaran. PMKS yang bukan warga Jakarta akan langsung dipulangkan ke daerah asalnya. Bagi, warga Jakarta, dibina selama 21 hari, lalu diserahkan pada panti-panti terkait.
Kepala PSBI Bina Insan Cengkareng, Ahmad Dumyani, mengatakan, panti yang dikelolanya saat ini sebenarnya sudah tidak mampu lagi menampung PMKS baru. Namun, apa mau dikata, saban hari selalu saja datang PMKS baru di tempat tersebut.
"Kita sudah overload, tak mampu menampung lagi, namun mau tidak mau kita harus jalankan amanat undang-undang, meski kita punya 3 panti, tetap saja tak mampu menampung PMKS yang rata-rata bukan warga Jakarta," ujar Dumyani.