Liputan6.com, Jakarta - Elektabilitas calon petahana Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok belum terkalahkan untuk kembali maju di Pilkada DKI 2017. Terbukti berdasarkan sejumlah penelitian di lembaga survei, calon-calon yang bermunculan saat ini dianggap belum mampu menyaingi popularitas dan elektabilitas Ahok.
‎Apalagi sejumlah partai politik hingga saat kini belum bisa memberikan kandidat yang mampu bersaing melawan Ahok.
Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan, sejauh ini parpol masih terjebak dalam prosedur mereka dalam menentukan kandidat. Mekanisme yang panjang melalui penjaringan dan sebagainya membuat kesempatan publik untuk mengenal calon pemimpinnya sangat sedikit.
"Sebaiknya tabiat mencalonkan kepala daerah last minute itu harus dihindari karena tak memberi kesempatan warga DKI mengenali calon mereka lebih dalam," ucap Ray dalam diskusi bertajuk 'Pilkada DKI: Mencari Alternatif Selain Ahok' di kantor PARA Syndicat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (1/4/2016).
Baca Juga
Terlebih jika tokoh yang dimunculkan nanti tidak sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakat. Kondisi ini tentu sangat menguntungkan Ahok yang telah menyatakan niatnya untuk kembali maju setahun sebelum pelaksanaan Pilkada DKI 2017.
"Sayangnya sampai saat ini belum ada, sehingga semua terfokus kepada Ahok.‎ Jadi ini hanya berbicara calonnya Ahok dan bukan Ahok," tutur dia.
‎Selain itu, kata Ray, elektabilitas Ahok yang semakin tak terbendung membuat parpol gelagapan. Mereka dianggap terlambat bangun menyikapi situasi politik saat ini. Apalagi Ahok semakin kuat maju melalui jalur independen dengan dukungan sejumlah relawannya.
"Parpol gagap. Mereka terlambat bangun. Ahok sudah kantongi setidaknya 60% kemenangan, mereka malah belum punya calon," ucap Ray.
Cara parpol merespons kondisi ini dengan memunculkan isu-isu SARA, ungkap Ray, justru akan merugikan mereka. Apalagi pemilih di Jakarta cenderung pragmatis. Mereka hanya akan memilih pemimpin yang mampu mengatasi persoalannya dengan nyata.
"Itu kan tidak bagus. Parpol harus alihkan isu SARA ke isu subtantif. Sayangnya, perdebatan prestasi Ahok justru jarang dibicarakan," kata dia.
Isu SARA di Jakarta, kata dia, sangat tidak efektif. Berdasarkan ‎hasil survei yang dilakukan oleh LSI Denny JA beberapa waktu lalu, 40 persen warga muslim di DKI tak memilih Ahok karena suku dan agamanya. Sementara 60 persen warga muslim DKI tak mempersoalkan itu.
"Artinya Ahok sudah bisa mendapatkan 70 persen lebih jika ditambahkan dengan warga non-muslim yang mendukung mereka," pungkas Ray.