Sukses

Ini Penangkal Flu Burung Made in IPB

Penambahan herbal ini mampu menahan kematian karena virus AI sebesar 40% tanpa vaksin.

Liputan6.com, Jakarta - Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH-IPB), Prof Bambang Pontjo Priosoeryanto berhasil mengembangkan ramuan herbal, yang mampu menangkal virus Avian Infuenza (AI) atau Flu Burung.

Ramuan terdiri dari temulawak, meniran, sambiloto dan temu ireng ini mampu mempertahankan daya hidup ayam terhadap AI sebesar 40%.

"Riset ini dimulai sejak tahun 2007 dengan melakukan screening terhadap seratus tanaman obat asli Indonesia dan didapatkan empat tanaman yang potensial menangkal virus flu burung. Riset ini kami lakukan sejak 2007," kata Bambang, Jumat (1/4/2016).

Keempat tanaman tersebut adalah meniran, temulawak sambiloto dan temu ireng. Dari hasil riset ini tim peneliti berhasil mendapatkan dua paten. "Satu sedang proses paten dan satu lagi sedang diajukan," jelasnya.

Setiap tanaman diujiaktivitasnya kemudian dipilah dan diberikan terhadap empat kelompok unggas yang diteliti di laboratorium di GunungSindur dengan tingkat keamananlevel 3.

Keempat unggas yang diteliti antara lain unggas kontrol (tidak divaksin dan tidak diberi pakan herbal), unggas yang divaksin tanpa diberi pakan herbal, unggas yang divaksin dan diberi pakan herbal dan unggas yang tidak divaksin tetapi diberi pakan herbal.

"Unggas-unggas tersebut disuntik dengan virus AI," terang dia.

Setelah dua minggu, lanjut Bambang, hasilnya unggas kontrol 100% mati, unggas dengan vaksin 99% hidup (kematian yang terjadi disinyalir karena faktor diluar AI), unggas dengan vaksin dan herbal 100% hidup dan unggas tanpa vaksin tapi diberi herbal 40% hidup.

Sehingga disimpulkan bahwa penambahan herbal ini mampu menahan kematian karena virus AI sebesar 40% tanpa vaksin.

"Jika ditambah dengan vaksin otomatis daya tahan tubuh (sistem imun) unggas lebih tinggi. Kombinasi ini bisa menahan kematian unggas akibat flu burung," ujarnya.

Untuk mendapatkan bahan baku yang terstandar, tim peneliti melakukan pembinaan kepada petani di Jawa Tengah untuk menanam temulawak yang terstandar. Tim akan melanjutkan riset ini sampai mekanisme detailnya diketahui.