Sukses

Persenjataan Kelompok Santoso dan Jaringan Teroris Filipina

Iron berperan sebagai bendahara uang kas kelompok Santoso.

Liputan6.com, Jakarta - 10 Warga Negara Indonesia (WNI) disandera kelompok teroris di Filipina. Hasil penelusuran kepolisian, kelompok teroris di Filipina Anshorut Khilafah bagian dari jaringan teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso.

"Hubungan dengan kasus penyanderaan 10 WNI di Filipina, yang dilakukan oleh kelompok radikal Filipina, sebagian besar senjata yang dipakai oleh kelompok teroris MIT pimpinan Santoso adalah berasal dari Filipina," kata Kapolda Sulawesi Utara, Brigjend Polisi Rudy Sufahriadi, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (3/4/2016).

Dia mengungkapkan Santoso diduga telah mengeluarkan uang Rp 220 juta untuk membeli senjata api ke jaringan teroris di Filipina.

"Total uang yang dikirim Santoso kepada kelompok di Filipina untuk keperluan membeli senjata dan amunisinya adalah sebesar Rp 220 juta," ujar Rudy.

Dia menjelaskan pembelian senjata api ini dilakukan anak buah Santoso yang sudah tertangkap di Manado, Sulawesi Utara, pada Kamis 28 Mei 2015. "Tersangka berinisial W alias Iron alias F alias U."

"Dia terlibat membeli dan menjemput senjata api, amunisi, granat, magasen dari Filipina untuk dibawa dan serahkan kepada Santoso," sambung Rudy.

Iron juga, lanjut dia, berperan sebagai bendahara uang kas kelompok Santoso. Dalam perkara keterlibatan dengan kelompok MIT, dia mendapatkan vonis Pengadilan Negeri Jakarta Timur selama 6,5 tahun.

Modus Penyelundupan

Sekitar Oktober 2014, kata Rudy, Iron berangkat ke Filipina atas suruhan Santoso dalam rangka mengambil senjata dan amunisi. "Semua dilakukan melewati rute dari Kota Manado dan lewat jalur laut."


"Beruntung Iron keburu tertangkap oleh Densus 88, sehingga pengiriman senjata yang ke 2 bisa digagalkan," sambung dia.

Rudy mengatakan, rakitan senjata laras panjang yang diselundupkan Iron dibongkar, lalu dibungkus kardus dan dimasukkan ke dalam karung.

Sedangkan amunisi dan bahan peledak dimasukan ke dalam tas ransel yang dicampur dengan pakaian. Lalu, senjata tersebut disembunyikan di antara barang-barang warga sipil, yang diangkut menggunakan kapal barang dari Filipina.

"Senjata api dan amunisi tersebut telah berhasil diamankan oleh Densus 88 pada saat kontak senjata, antara Satgas Anti Teror di Kilo, Kecamatan Poso Pesisir Utara, Kabupaten Poso pada 17 Agustus 2015," beber Rudy.

Sementara anggota kelompok Anshorut Khilafah Filipina selaku terduga pemasok senjata jaringan Santoso di antaranya, pimpinan Anshorut Khilafah Abu Syarifah, Abu Fatas--asal Indonesia namun sudah lama di Filipina, Abu Shale selaku kurir transit.

"Untuk kelompok Anshorut Khilafah setelah penangkapan Iron, telah ditangkap oleh Kepolisian Filipina atas dasar insformasi dan kerja sama dengan Densus 88 Anti Teror," pungkas Rudy.