Sukses

Dirut AP II: Tabrakan Batik Air dan Trans Nusa karena Human Error

Dia menilai pesawat Batik Air dan Trans Nusa tabrakan karena informasi dari ATC yang tidak jelas.

Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Batik Air ID 7703 dan Trans Nusa tabrakan di runway atau landasan pacu Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin malam (4/4/2016). Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Direktur Utama (Dirut) Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengatakan tabrakan tersebut karena faktor kesalahan manusia.

"Saya sampaikan kejadian itu memang human error. Itu terjadi di runway, di mana ada dua pesawat crash. Dan pesawat crash itu terjadi karena informasi dari ATC yang tidak clear. Tapi apa pun, kesimpulan daripada seperti apa hasilnya, siapa yang salah itu akan diteliti melalui blackbox dan dilakukan oleh KNKT," ujar Budi Karya di SCTV Tower, Selasa (5/4/2016).

Dia mengatakan wilayah terminal dan apron merupakan tanggung jawab dari Angkasa Pura sebagai operator airport, sementara runway merupakan domain dari ATC.

"Sehingga saya tidak kompeten untuk ceritakan, kejadian siapa yang tanggung jawab dan sebagainya," kata Budi.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Suprasetyo mengungkapkan insiden itu terjadi pada pukul 19.55 WIB, Senin malam (4/4/1985). Saat itu, menurut dia, pesawat Batik Air jenis Boeing 737-800 tengah bersiap take off atau lepas landas.

"Tabrakan terjadi dengan pesawat Trans Nusa jenis ATR 42 seri 600 yang sedang towing menuju ke apron selatan," ucap Suprasetyo saat memberikan keterangan pers di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa dinihari.

Akibat kecelakaan tersebut, pesawat Batik Air mengalami kerusakan di bagian ujung sayap sebelah kiri. Sementara pesawat ATR 42 seri 600 milik Trans Nusa patah pada bagian ujung sayap sebelah kiri dan ekor horizontal.

Suprasetyo memastikan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Sebanyak 49 penumpang dan tujuh kru pesawat Batik Air Boeing 737-800 itu selamat.

Video Terkini