Liputan6.com, Jakarta - Pesawat Batik Air menabrak pesawat Trans Nusa jenis ATR di Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Senin 4 Maret 2016 malam. Dalam kejadian itu, sisi ujung sayap kiri Batik Air terbakar.
Sebanyak 56 orang, terdiri dari 49 penumpang dan 7 kru pesawat, panik. Mereka satu per satu keluar dari pintu darurat dengan menggunakan pelampung.Â
Baca Juga
"Pesawat Batik Air nomor penerbangan ID 7703 membawa 49 penumpang dan 7 kru dan dipastikan semua penumpang dan kru dalam keadaan selamat," ujar Presiden Direktur Grup Lion Air Edward Sirait di Jakarta, Senin (4/4/2016).
Advertisement
Kecelakaan terjadi ketika pesawat jenis Boeing 737-800 tengah bersiap take off atau lepas landas menuju Makassar. Namun pada saat bersamaan, pesawat Trans Nusa sedang towing menuju ke apron selatan.
Akibatnya insiden itu pun tak terelakan. Tak hanya Batik Air yang mengalami kerusakan, pesawat ATR 42 seri 600 milik Trans Nusa juga patah pada bagian ujung sayap sebelah kiri dan ekor horizontal.
Di balik musibah itu, ada sejumlah fakta yang dihimpun Liputan6.com. Apa saja? Berikut ini:
Human Error
Direktur Utama (Dirut) Angkasa Pura II Budi Karya Sumadi mengungkapkan tabrakan Batik Air dengan Trans Nusa karena faktor kesalahan manusia. Pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada pihak terkait untuk menyelidiki.
"Saya sampaikan kejadian itu memang human error. Itu terjadi di runway, di mana ada dua pesawat crash. Dan pesawat crash itu terjadi karena informasi dari ATC yang tidak clear. Tapi apa pun, kesimpulan daripada seperti apa hasilnya, siapa yang salah itu akan diteliti melalui blackbox dan dilakukan oleh KNKT," ujar Budi Karya di SCTV Tower, Selasa (5/4/2016).
Dia mengatakan wilayah terminal dan apron merupakan tanggung jawab dari Angkasa Pura sebagai operator airport, sementara runway merupakan domain dari ATC.
"Sehingga saya tidak kompeten untuk menceritakan, kejadian siapa yang tanggung jawab dan sebagainya," kata Budi.
Advertisement
Pasukan Perdamaian Tertunda
Kecelakaan yang melibatkan 2 maskapai penerbangan itu membuat Bandara Halim Perdanakusumah ditutup sementara. Akibatnya, keberangkatan sejumlah anggota TNI untuk misi perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke Darfur, Sudan, menjadi tertunda.
Seorang perwira TNI Angkatan Udara yang mengawal keberangkatan pasukan tersebut mengatakan, penerbangan ke Sudan yang dijadwalkan pada Senin 4 April 2016 sekitar pukul 23.00 WIB akhirnya ditunda pihak lanud. Padahal, ratusan personel TNI ini berangkat menggunakan pesawat khusus milik TNI.
"Tadinya pukul 23.00 WIB sudah mulai berangkat, tetapi karena ada insiden (tabrakan pesawat) tadi diundur," ucap dia di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin 4 April 2016 malam.
Perwira tersebut menambahkan, jadwal penerbangan akhirnya diundur satu jam dari jadwal sebelumnya. Ia pun tak mempermasalahkan dengan mundurnya jadwalnya keberangkatan tersebut.
"Kami kan pakai pesawat milik UN (PBB), tapi memang naiknya dari bandara komersial. Ya enggak masalah, kan cuman telat satu jam," ungkap dia.
Klaim Benar
Batik Air maupun maskapai penerbangan Trans Nusa memiliki pandangan tersendiri terkait insiden di Halim. Kedua pihak mengaku telah menjalani prosedur yang ada.Â
Presiden Direktur Lion Air Group, Edward Sirait mengklaim pihaknya sudah menjalankan prosedur penerbangan pesawat. Termasuk sudah mengantongi izin untuk lepas landas dari petugas ATC.
"Pesawat sudah diizinkan take off. Pilot saya sudah mengonfirmasi dan menjalankan pesawat sesuai prosedur. Tapi kenapa ada pesawat lain di runway itu," ucap Edward saat memberikan keterangan pers di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, Selasa (5/4/2016) dini hari.
Sementara, Direktur Utama maskapai Trans Nusa, Juvi memiliki argumen sendiri. Menurut dia, awaknya juga sudah mendapatkan izin dari kru throwing untuk pindah ke hanggar sebelah selatan Bandara Halim Perdanakusumah.
"ATR (jenis pesawat) kami sudah throwing di parkir selatan. Kami terima instruksi dan bergerak pindah," tutur Juvi.
Advertisement