Liputan6.com, Jakarta - Beredar selebaran tentang imbauan lapor ke Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia Pimpinan Pusat Muhammadiyah jika ada anggota keluarga masyarakat yang ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Padahal, PP Muhammadiyah tidak pernah mengeluarkan selebaran tersebut.
Â
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Charliyan menyebut ada sejumlah pihak yang sengaja membenturkan Polri dengan PP Muhammadiyah. Apalagi setelah insiden tewasnya seorang terduga teroris asal Klaten, Jawa Tengah, Sriyono saat ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri.
"Provokasi teroris ini sangat luar biasa dan di dalam ini saya sudah menemukan ada cerita-cerita yang ingin menunggangi Muhammadiyah dan ada upaya-upaya ingin mengadu domba antara Polri, khususnya Densus, dengan Muhammadiyah," kata Anton di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Kamis (7/4/2016).
Baca Juga
Menurut dia, gambar selebaran ini menyebar luas di media sosial. Polri pun telah mengonfirmasi ke PP Muhammadiyah dan mereka menyatakan tidak pernah menyebarkannya.
"Ini hoax," ujar Anton.
Polri, lanjut dia, tidak pernah menuduh PP Muhammadiyah sebagai kelompok proteroris. "Saya tahu Muhammadiyah kumpulan besar umat Islam bersama NU mendirikan negara Republik Indonesia," ucap Anton.
Sementara, aktivis PP Muhammadiyah, Ma'mun Murod Al-Barbasy membantah pengurus besar PP Muhammadiyah tidak pernah melakukan tindakan-tindakan ekstrem melawan negara. Termasuk menyebarluaskan selebaran tersebut.
"Muhamadiyah tidak pernah melakukan tindakan-tindakan yang kontra terhadap negara secara ekstrem," ucap dia.