Liputan6.com, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla menyatakan dirinya tidak akan pernah mengalami sindrom pascaberkuasa atau post power syndrome. Sebab kata Kalla, dirinya terbiasa tanpa protokoler yang ketat. "Tak ada masalah post power syndrome," ucap mantan ketua umum Partai Golkar itu di Jakarta, Senin (20/10), seperti dikutip ANTARA. Satu-satunya yang mungkin jadi masalah, kata Kalla, adalah menghadapi kemacetan lalu linta. "Sebab tak ada pengawalan lagi. Tapi, itu kan hal biasa," tutur Kalla saat sarapan perpisahan bersama para pemimpin media massa di rumah dinas Wapres yang sebentar lagi harus ditinggalkannya. Sambil menyantap soto ambengan, Kalla banyak tersenyum dan berseloroh dengan tokoh-tokoh media, antara lain Rosihan Anwar, Sabam Siagian, Fikri Jufri, dan pengusaha Sofjan Wanandi serta Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) M. Luthfi. Ia bercerita selama lima tahun menjadi wapres tercatat mengadakan rapat 427 kali, kunjungan ke daerah 123 kali atau dua kali dalam sebulan, dan ke luar negeri 23 kali. "Yang menarik bagi saya, selama itu saya dihormat tentara 12 kali sehari. Saya menjadi orang yang paling banyak dihormati tentara," tutur Kalla disambut tawa para tamu yang hadir. "Berangkat dari rumah dihormat, sampai kantor dihormat, ke luar kantor dihormat, masuk Istana dihormat. Penghormatan resmi 12 kali sehari, yang tidak resmi lebih banyak lagi," lanjutnya yang disambut tawa lebih keras dari para hadirin. Meski mendapat penghormatan seperti itu (katanya sesuai standar prosedur baku Pasukan Pengamanan Presiden atau Paspampres), Kalla mengaku tak kecewa tidak akan mendapatkannya setelah kembali menjadi orang biasa. Ia juga mengulangi janjinya setelah pensiun menjadi wapres bakal pulang kampung ke Makassar dan akan mengabdikan dirinya pada kegiatan sosial, pendidikan, serta kemahirannya sebagai juru damai. Selain, tentu saja, momong cucu-cucunya [baca: Kalla dan Proyek Liburan]. Walau berbasis di Makassar, Kalla akan mondar-mandir ke Jakarta. "Sudah biasa tinggal di Jakarta sih, jadinya akan sering bolak-balik," ucap Kalla. Ia menegaskan dirinya tak akan mendirikan JK Center atau semacamnya. Pengabdiannya akan melalui lembaga yang sudah ada seperti universitas dan perguruan tinggi. "Saya tidak akan pernah berhenti mengabdi," tegas Kalla. Kalla telah mencapai semua jabatan tinggi, dari menteri sampai wapres. "Saya pernah menjadi Menteri Perdagangan di Jalan Merdeka Timur, lalu menjadi Menko Kesra di Jalan Merdeka Barat. Yang belum tercapai berkantor di Jalan Merdeka Utara (Istana Presiden)," kata Kalla yang disambut tawa lagi. Kalla menceritakan nasibnya bisa diibaratkan nomor mobilnya. Saat menjadi Menteri Perdagangan, mobil dinasnya bernomor B.21. Saat menjadi Menko Kesra nomornya B.12. Lalu saat jadi Wapres, nomornya B.2. "Barangkali angka dua itu memang pas untuk saya," ujarnya. Sementara itu Rosihan Anwar dalam kesan-kesannya terhadap Kalla meminta agar kiprahnya tak berhenti. Di usia 67 tahun, Kalla diminta tetap mengabdi seperti dirinya yang tetap menulis di hari tuanya. "Tugas kita adalah membahagiakan orang lain," peran sesepuh pers nasional itu," pesannya. Rosihan juga mengatakan, hari ini Kalla bisa mengatakan berpisah (dari kehidupan formal), tetapi akan bertemu lagi (dalam kehidupan informal). "Goodbye for now, till we meet again," kata Rosihan sambil menyalami JK.(BOG/ANS)
JK: Saya Tidak 'Post Power Syndrome'
Wapres Jusuf Kalla menyatakan dirinya tidak akan pernah mengalami post power syndrome karena sudah terbiasa tanpa protokoler yang ketat.
Advertisement
Kredit