Liputan6.com, Jakarta Sepak terjang Tri Rismaharini sebagai Wali Kota Surabaya telah membuat banyak perubahan di Kota Pahlawan. Jika di periode pertama jabatannya, Risma dikenal sebagai Wagiman alias Wali Kota Gila Taman, kini Risma tengah menuntaskan agar Surabaya menjadi kota digital sepenuhnya.
"Surabaya sudah jadi kota digital, tapi belum optimal. Pelayanan elektronik sudah digunakan masyarakat untuk berkomunikasi dengan pemerintah kota," ujar Risma dalam perbincangan dengan liputan6.com di Malang, Rabu (6/4/2016).
Mulai dari perizinan, proyek, penerimaan murid baru, hingga akta lahir, mati, pindah, datang (lampid) sudah dilakukan warga secara digital. "Saya tidak bisa mengatur proyek, izin atau penerimaan murid baru semua sudah elektronik," cetus wanita jebolan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya itu.
"Surat Izin perusahaan bisa dicetak sendiri, nanti suratnya dikirim lewat HP. Tapi di nomor ada barcode biar ketahuan asli," lanjut Risma.
Â
Baca Juga
Advertisement
Sebagai contoh, untuk mengurus akta kelahiran warga tinggal membuka aplikasi di web atau mobile. Lalu memasukkan semua data yang ditanyakan. Warga tidak perlu membayar dan paling cepat tiga hari kemudian akta lahir tersebut sudah di antar ke rumah warga.
Dengan sistem elektronik, Risma bisa mengontrol berapa jumlah sampah yang masuk, jumlah BBM yang digunakan warga Surabaya, hingga kontrol kemacetan.
"Hampir semua titik kita pasangi CCTV. Yang di-shoot jalan, saya bisa lihat seluruh rumah pompa air apakah jalan atau tidak," kata perempuan kelahiran 20 November 1961 itu.
Hemat Anggaran dan Pangkas Korupsi
Sistem digital di kota Surabaya yang dinamakan Surabaya Multi Media City (SMMC), diakui Risma bisa menghemat APBD. Selain juga mengurangi korupsi.
"Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pernah bertanya ke saya, bagaimana pemberantasan korupsi yang paling efektif? Saya jawab dengan sistem. Tes CPNS, gaji, kenaikan pangkat semua online. Di Surabaya semua pembayaran pakai online. Menguntungkan kedua pihak. Tidak ada lagi pakai kwitansi semua transfer dan transparan," papar Risma.
Menurut Risma tiap tahun Rp 200-400 miliar anggaran yang dihemat dengan sistem elektronik ini. "Kalau penghematan waktu lebih tidak terhitung lagi," kata wali kota yang terkenal dengan bicara apa adanya alias ceplas-ceplos ini.
Ratusan Taman
Jika Anda berkunjung ke Surabaya, hampir semua sudut memiliki taman. Tanah yang kosong hingga Tempat Pembuangan Akhir (TPA) disulap menjadi taman. Tak heran ada banyak taman di Surabaya mulai yang dibangun selama seminggu hingga yang bulanan.
Sebut saja Taman Ir Soekarno yang dibangun dalam waktu seminggu. Kemudian ada taman Harmoni yang dulunya adalah TPA seluas 6 hektare. Taman lainnya seperti Taman Persahabatan Korea, Taman Pelangi, Taman Teratai, Taman Jangkar, Taman Ronggolawe, Taman Semolo, Taman Kangean dan lain-lain.
Seluruh taman ini free wifi yang diharapkan warga atau siswa bisa belajar di taman. Risma juga membuat seluruh perpustakaan di Surabaya tersambung internet. Sebanyak 100 lapangan basket dan futsal juga terkoneksi dengan internet. Total ada 10.500 sambungan internet di fasilitas publik.
Sungai-sungai yang tadinya kotor, kini bebas dari sampah. Bahkan beberapa sungai airnya didaur ulang dan dijadikan sungai mainan untuk anak-anak seperti di Taman Bulak. "Karena waktu kecil saya mainnya di sungai, saya ingin anak-anak juga merasakan main di sungai yang bersih dan ini melatih otak kanan," kata Risma.
Bebas Pengemis
Risma yang bertekad menjadikan Surabaya kota sejahtera dan tentram, juga sangat memperhatikan para gelandangan dan pengemis. Tidak ada lagi pengemis yang berkeliaran di Kota Surabaya. Para pengamen diminta bermain di taman dan dilarang meminta uang ke warga karena pemkot memberikan bayaran Rp 2 juta.
Risma berharap setelah ada Single Identity Number (SIN) Surabaya sudah optimal menjadi kota digital. "Sekarang belum karena SIN itu aturan pemerintah pusat, kita menunggu," katanya.
Gaya Hidup Risma
Risma mengaku dalam sehari ia hanya tidur 2-3 jam. Wali Kota yang beberapa kali mendapat penghargaan tingkat dunia ini mengaku tubuhnya baru bisa tidur di atas pukul 1 pagi dan terbangun pukul 4 pagi.
"Pukul 5 saya sudah keliling kota, mengecek apa saja bersama ajudan saya," ujar Risma.
Dengan waktu tidur yang kurang dari jam normal (5-6 jam), Risma mengaku kebutuhan tidurnya cukup. "Rahasianya apa ya mungkin bekerja, setelah tubuh capek tidur jadi lelap dan bangun sudah segar lagi," katanya.
Risma juga berdandan sederhana, sepatunya dibeli dari langganannya di bekas lokalisasi Dolly. Baginya memberikan contoh yang nyata buat warga lebih berguna ketimbang memikirkan gaya hidup sebatas materi.
Â
Seringkali tanpa sungkan ia memungut sampah di jalan. Di mobil dinasnya yang setiap hari dipakai, lengkap dengan peralatan kebersihan. Ada sapu lidi, ember, tas sampah, sampai beras yang diberikannya pada warga yang membutuhkan.
Ketika ditanya kapan Surabaya akan memproklamasikan diri menjadi kota digital, Risma menjawab "Tidak perlu, tidak perlu sombong. Yang penting hasilnya bisa dinikmati warga dan orang melihat itu."
Â