Sukses

Tempat Pertahanan Terakhir Kampung Aquarium Ikut Rata

Musala itu merupakan tempat bertahannya warga korban penggusuran, rumah mereka sudah rata Senin 11 April 2016 sore.

Liputan6.com, Jakarta - Tempat terakhir pertahanan warga Kampung Aquarium dan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, yang masuk dalam RW 04 hancur oleh ekskavator. Tempat itu bernama Musala Al-Ikhlas.

"Tadi abis bangun tidur, kami tinggalin buat nyari sarapan, pas kami balik, musala udah rata dengan tanah," ujar Firman (28) warga RT 001/RW 004 yang jadi korban penggusuran pada Liputan6.com, Selasa (12/4/3016).

Musala itu berada di kawasan perbatasan RT 001 dengan RT 012, sehari-harinya digunakan warga untuk beribadah dan mengadakan pengajian. Satu majelis taklim aktif juga berada di sana. Majelis taklim Daarul Fahmi A-Ba-Ta-Tsa namanya.

"Kami mengadakan pengajian setiap malam Kamis tiap minggunya," kata Robert (27) yang merupakan anggota majelis taklim itu.

Musala itu merupakan tempat bertahannya warga korban penggusuran, rumah mereka sudah rata Senin 11 April 2016 sore. Tak ada lagi yang tersisa dari reruntuhan rumahnya, pelataran musala itu juga dijadikan tempat bertahan malam hari.

"Ada ratusan bang, tadi malam ada ibu yang bawa anaknya berusia 1 tahun setengah, ia tidur tanpa selimut, cuma pakai alas tikar dan atapnya langit," kata Tropas, anggota majelis taklim yang juga warga RT 001 dan rumahnya sudah rata.

Mereka tak tahu lagi harus ke mana, sebab, segala harta benda sudah hancur ditimpa reruntuhan bangunan. Lengan-lengan ekskavator tak kenal tunggu, banyak harta benda warga kampung Aquarium yang tertimbun reruntuhan.

"Mau ke mana emangnya? Semua sudah dijual buat bangun rumah, saya sekeluarga enggak punya rumah lain," jelas Firman.

Hingga saat ini, ada seratus lebih warga yang masih bertahan di depan reruntuhan rumah mereka. Mereka membutuhkan bantuan.

"Kami butuh bantuan makanan jadi, kalau sembako, kami mau masak di mana? Air bersih saja enggak ada," kata Tropas.

Menurut koordinator warga Kampung Aquarium, sampai saat ini mereka terus mendata warganya yang tetap bertahan. Mereka mengemasi setiap kepingan rumahnya yang mungkin masih bisa diuangkan untuk makan siang hari ini.

"Saya akan bertahan, saya kemasi seng, kayu, besi dan asbes rumah saya, kami akan terus bertahan," ujar Upi Yupita.