Liputan6.com, Jakarta - Proses negosiasi pembebasan 10 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf terus dilakukan. Pemerintah terus berusaha membebaskan mereka yang bekerja sebagai anak buah kapal (ABK) Tugboat Brahma 12.
Narapidana teroris Umar Patek menawarkan diri sebagai negosiator pembebasan 10 WNI yang disandera Abu Sayyaf. Mengingat Umat pernah berhubungan dengan kelompok radikal asal Filipina itu. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu menilai tawaran tersebut tidak perlu.
"Ah saya juga bisa, enggak usah Umar Patek," ujar Ryamizard di Aula Bhineka Tunggal Ika Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (13/4/2016).
Baca Juga
Dia menjelaskan, proses negosiasi menggunakan 3 jalur, diplomasi, negosiasi, dan operasi militer. "Operasi militer itu enggak ada yang enggak ada korban. Kalau korbannya orang kita ya kita bisa nyalahin sana. Negosiasi itu penting. Bukan pemerintah yang nego, perusahaan yang nego lebih bagus begitu kan?" imbuh Ryamizard.
Meski begitu, dia memastikan semua WNI yang disandera masih sehat. Sehingga proses negosisasi terus bisa dilakukan hingga seluruh WNI bebas dengan selamat.
"Tadi pagi saya dapat kabar, mereka masih sehat, bagus. Mereka cari cara, gimana uang itu mereka enggak terlibat," pungkas Ryamizard.
Sebanyak 10 awak kapal Brahma 12 yang mengangkut batu bara dibajak kelompok Abu Sayyaf di perairan Filipina, Sabtu 26 Maret 2016. Pembajak meminta tebusan sekitar Rp 14 miliar untuk membebaskan seluruh awak kapal. Menurut informasi keluarga awak kapal, korban pembajakan dalam keadaan sehat.