Liputan6.com, Jakarta - Kawasan RW 004 Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara sudah rata dengan tanah. Bangunan yang didiami bertahun-tahun dan dibangun dengan keringat itu kini tinggal cerita.
Banyak warga yang masih tidak terima dengan pembongkaran rumah mereka. Rasa sedih bertambah ketika ada warga luar yang memanfaatkan sisa-sisa pembongkaran.
Baca Juga
Seperti pemulung yang tengah memungut besi bekas dari puing-puing bangunan di kawasan itu.
"Heh Bapak, Ibu, pemulung ya? Sekarang sudah nggak boleh ya mungut-mungut di sini," kata seorang warga bernama Junaedi (38) pada kelompok pemulung di kawasan Pasar Ikan, Penjaringan, Jakarta Utara, Rabu (13/4/2016).
"Nanti saja ya kalau warga saya sudah kenyang. Enak aja," sambung dia.
Saya Juga Lapar
Sebelum dibongkar, Junaedi tinggal di RT 012 RW 004 Kampung Aquarium, Pasar Ikan. Kini dirinya tinggal mengontrak di daerah Muara Baru, Penjaringan dengan biaya Rp 800 ribu tiap bulannya.
Advertisement
Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat raih. Kini mau tak mau, dirinya harus memulung untuk mencari tambahan demi bisa makan.
Mimpi mendapat ganti rugi pun perlahan mulai ditinggalkan mantan bendahara RT 012 itu. Yang jelas dirinya tak mau merugi kedua kalinya karena besi-besi bangunan rumahnya ikut diambil orang.
"Saya juga lapar. Jangan perut anak-istri Bapak saja yang dipikirin. Warga di sini ada orangtua dan anak-anak kecil juga lapar," ucap dia.
"Mohon maaf, Pak ya. Silakan cari tempat lain dan jangan pungut material bangunan warga di sini," tegas Junaedi.
Salah satu pemulung pun menjawab Junaedi. "Iya Pak. Nggak bisa bareng-bareng, Pak," kata si pemulung.
Junaedi pun menanggapi, "Maaf-maaf deh kalau saya sama warga emosi. Jujur saja, hari ini warga serentak jadi pemulung. Kita juga nyari makan," ujar Junaedi lagi.
Mau Makan Apa?
Junaedi mengungkapkan, sudah sejak kemarin dia dan warga lainnya kesal dengan keberadaan para pemulung. Junaedi juga tak habis pikir dengan pemulung yang tetap nekat memungut meskipun sudah diperingati.
Malah, kata Junaedi, tak jarang pemulung mendatanginya dan memprotes sikapnya yang melarang pemulung. Tapi akhirnya banyak pemulung yang mengerti.
"Beberapa pemulung sempat protes. Tapi saya jelaskan akhirnya pada ngerti juga itu pemulung," ujar Junaedi.
Warga RW 004 lainnya, Nuryati mengaku tak malu untuk ikut memungut besi-besi dari reruntuhan bangunan di Pasar Ikan. Nuryati mengaku saat ini keluarganya kesulitan mencari makan.
Sebelumnya dia bersama keluarga menggantungkan hidup dari berjualan makanan di Pasar Ikan.
"Mau makan apa yang dimakan? Usaha saya digusur, rumah digusur kita jadi susah semua. Penginnya kita ada ganti rugi, tapi mana, sampai sekarang kita nggak tahu mau gimana lagi," tutur Nuryati.
Total terdapat 396 KK di kawasan Pasar Ikan yang terkena revitalisasi. Mereka dibagi dalam 3 zona. Yang pertama mencakup wilayah RT 011 RW 04 yang didiami 136 KK. Zona 2 yaitu di RT 01, 012 RW 04 yang didiami 202 KK dan zona 3 mencakup RT 02 RW 04 dan RT 07 RW 01 dengan 58 KK.
Dari hasil pendataan ada 596 bangunan rumah, 347 kios PDÂ Pasar Ikan dan 69 kios yang berubah fungsi menjadi tempat tinggal.
Sekretaris Camat Penjaringan Andri mengatakan, 396 KK berhak menerima unit Rusun yang disediakan pemerintah DKI Jakarta.
"321 KK telah menerima kunci unit rusun di Marunda dan Rawa Bebek. Sedangkan, warga yang belum mendapatkan Rusun, mereka tak perlu khawatir, karena unit di Rawa Bebek masih banyak tersedia. Dan 29 KK milih pulang kampung dan lainnya sementara milih ke tempat saudaranya. Kita masih buka posko untuk seminggu ke depan," kata Andri.
Advertisement