Liputan6.com, Jakarta - Setelah melakukan aksinya di depan Istana, 9 wanita yang merupakan petani dari Pegunungan Karst, Kendeng, Jawa Tengah, itu akhirnya rela melepas pasungan kakinya dengan semen. Ini dilakukan setelah pejabat Istana menemui mereka.
Pejabat yang menemui petani itu adalah Kepala Staf Presiden Teten Masduki dan Menteri Sekretaris Negara, Pratikno. Keduanya turun tangan berdialog dengan para perwakilan sembilan wanita tersebut.
Baca Juga
"Perjuangan para srikandi ini tak sia-sia. Perwakilan dari Pak Jokowi mau menemui sore ini. Walaupun tidak jadi ketemu Pak Jokowi, kami percaya mereka akan selesaikan masalah ini," ujar Ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng, Gun Retno di lokasi aksi, Jakarta, Rabu (13/4/2016).
Advertisement
Usai melakukan dialog, di tempat yang sama, Teten pun mengerti maksud dari para petani tersebut.
"Masalahnya kemarin saya sudah temui ibu ini di KontraS (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan) dan saya sudah pahami aksi mereka dan memang mereka hanya ingin bertemu Presiden Joko Widodo atau Jokowi," kata Teten.
Karena itu, dia berjanji akan mengagendakan pertemuan antara mereka dengan Jokowi. Meskipun belum diketahui kapan pertemuan itu akan berlangsung.
"Kita belum tahu kapan, mungkin habis bapak pulang dari Eropa, nanti akan kita atur. Atas nama pemerintah, kita paham betul persoalan yang disampaikan dari Kendeng ini," ujar Teten.
Memanggil Juru Pijat
Setelah ditemui Teten, sembilan wanita itu pulang ke kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Jakarta Pusat. Mereka langsung disuguhkan makanan dan minuman.
Â
Baca Juga
Di tengah waktu istirahat, mereka juga memanfaatkan kesempatan untuk mandi, lantaran dua hari ini mereka hanya mengelap badan dengan handuk dan air hangat.
Seorang perwakilan dari petani, Joko Prianto mengatakan, selain istirahat, mereka juga diberikan suplemen.
"Udah juga dikasih vitamin. Juga sudah pada bisa mandi. Semuanya perlu istirahat," ujar Joko.
Guna memulihkan kondisi kaki mereka, Joko bersama sejumlah aktivis LBH Jakarta memanggil dua juru pijat.
"Ini sebenarnya yang kakinya bengkak enggak ada. Tapi pada kesemutan, terus ada yang kram, jadinya biar cepat pulih, dipanggil tukang pijat. Ada dua orang yang dipanggil, mijitin semuanya," ungkap dia.
Rencananya, jika tidak ada halangan para petani dan sembilan wanita itu, akan pulang ke kampung halamannya.
"Kita malam ini masih menetap di Jakarta. Melihat kondisi dulu. Kalau nggak berhalangan, besok kita sudah pulang," ungkap Joko.
Joko menambahkan, sembilan wanita itu pulang kampung ke pegunungan Kendeng, menggunakan transportasi umum.
"Kemarin kita ke Jakarta kan naik bus. Ya pulangnya juga naik bus," tutup Joko.