Liputan6.com, Tarakan - Sejumlah kapal TNI Angkatan Laut terus disiagakan di dermaga Pelabuhan Tarakan, Kalimantan Utara. Kapal-kapal perang tersebut disiagakan sejak tiga pekan lalu, setelah 10 warga negara Indonesia (WNI) disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (18/4/2016), kesiagaan kini semakin ditingkatkan setelah empat WNI kembali diculik. Bahkan, hingga saat ini belum diketahui nasibnya.
Baca Juga
Sementara itu, latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) terus dilakukan. Sejumlah pesawat dan helikopter juga disiagakan.
Advertisement
Usai mengantar Presiden Joko Widodo berkunjung ke sejumlah negara di Eropa, Wakil Presiden Jusuf Kalla berjanji akan meningkatkan patroli di perairan lalu lintas perdagangan Indonesia dengan Filipina dan Malaysia.
Kapal tugboat Henry dan kapal tongkang Cristi dibajak di 14 mil laut dari bibir pantai Filipina, saat tengah menuju Tarakan, Kalimantan Utara. Empat dari sepuluh anak buah kapal (ABK) WNI diculik. Enam WNI lainnya berhasil meloloskan diri, namun salah satunya kritis akibat luka tembak.Â
Baca Juga
Meski keberadaan kapal sudah diketahui namun kondisi empat ABK belum diketahui nasibnya. Sedangkan korban luka tembak masih dirawat di Tawau, Malaysia.
Empat ABK diculik termasuk nakhoda kapal Mochamad Ariyanto Misnan. Sementara ABK yang tertembak yaitu Lambas Simangkulangit. Lima ABK lainnya dalam kondisi selamat setelah dibawa Polisi Maritim Malaysia.
Sebelumnya kelompok Abu Sayyaf menyandera 10 WNI yang hingga kini belum juga dibebaskan.
Kelompok ini memang kerap menyandera warga sipil untuk mendapat tebusan. Mereka menuntut 10 ABK yang disandera ditebusan sebesar 50 juta peso atau sekitar Rp 14,3 miliar.