Sukses

Politikus PPP di DPR Desak Kepolisian Usut Tuntas Kematian Didin

Arsul Sani menambahkan, pihak kepolisian harus menindak tegas pelaku kejadian tersebut, agar kasus serupa tak terulang.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang simpatisan Partai Persatuan Peembangunan (PPP) kubu Djan Faridz meninggal dunia setelah menggelar tabligh akbar di Lapangan Mlati, Jalan Magelang, Sleman, Yogyakarta pada Minggu siang kemarin. Didin meninggal diduga karena terkena bom molotov yang dilemparkan pengendara sepeda motor.

Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PPP Muhammad Iqbal menyesalkan pelemparan dalam kegiatan tabligh akbar yang diselenggarakan oleh Presidium Forum Komunikasi Laskar PPP Yogyakarta itu.

"Saya berharap kepolisian mengusut tuntas peristiwa tersebut dan segera menemukan pelakunya," kata Iqbal di Gedung DPR Senayan, Jakarta, Senin (18/4/2016).

Iqbal pun meminta peristiwa tersebut tidak dikait-kaitkan dengan konflik kepengurusan PPP. Dia yakin peristiwa tersebut tidak ada kaitannya dengan konflik antara Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta Djan Faridz dan Ketua Umum PPP Muktamar Surabaya M Romahurmuziy.

"Seluruh keluarga besar PPP berduka atas peristiwa ini," ujar Iqbal.

 

Senada, politikus PPP lainnya, Arsul Sani menambahkan, pihak kepolisian harus menindak tegas pelaku kejadian tersebut, agar kasus serupa tak terulang.

"Kalau soal kejadian itu yang kemudian timbul korban, kita turut berduka cita. Apalagi menyangkut ada yang meninggal dan luka-luka. Kita berharap kejadian itu diusut tuntas oleh polisi agar tidak terjadi tawuran antarkelompok," ucap Arsul.

Anggota Komisi III DPR ini menekankan, peristiwa bentrokan yang memakan korban jiwa itu jangan dikaitkan dengan konflik di tubuh P‎PP. Untuk itu, ia mengimbau seluruh kader PPP tidak termakan isu dari oknum yang tidak bertanggung jawab yang dapat memperkeruh suasana.

"Kita minta seluruh jajaran kader di daerah itu, agar tidak bersikap fanatik terhadap kelompok elite tertentu. Siapa pun kelompoknya. Jadi jangan terprovokasi perilaku, ucapan, keterangan dari media, dan dari elite-elite tertentu yang justru semangatnya itu bukan memprsempit perbedaan, ini malah pengen terus berselisih," Arsul menandaskan.

‎Didin Bolewan (20) meninggal saat konvoi bersama massa simpatisan PPP asal Yogyakarta dan Jawa Tengah. Aksi itu dilakukan simpatisan Djan Faridz untuk menolak hasil Muktamar PPP di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta.