Liputan6.com, Jakarta - Para nelayan pesisir Pantai Jakarta Utara kehabisan akal menyiasati uang jalan untuk pergi melaut. Bukan semata persoalan harga BBM, proyek reklamasi dituding juga menjadi musuh berat bagi mereka.
Istri nelayan ikan di Pelabuhan Kali Adem, Muara Angke, Jakarta Utara bernama Amirah (56) mengatakan, setiap kali mau berangkat melaut, sang suami meminta ongkos Rp 300 ribu. Padahal sebelum reklamasi berjalan, ongkos melaut hanya Rp 200 ribu.
"Sekarang nih setiap berangkat (pergi melaut) dia minta 300 ribu. Kalau nggak ada 300 ribu nggak berangkat kan repot juga," kata Amirah di dermaga Kali Adem, Jakarta Utara, Senin (18/4/2016).
Baca Juga
Dia melanjutkan, ongkos Rp 300 ribu itu dipakai untuk membeli BBM dan bahan makanan selama 3 hari di laut. Saat ini kebanyakan nelayan lebih sering merugi daripada untung.
"Iya itu tadi, kan kalau tiga hari sekali itu solarnya sama makannya sekitar 300 ribu, tapi suami saya pulang sering cuma bawa 250 ribu. Kadang cuma 200 ribu malahan. Belum jajan anak yang tahu Bapaknya pas pulang, anak-anak tahunya dapat duit. Kan padahal gedean modalnya," tambah Amirah.
Dia menjelaskan, biaya operasional para nelayan bertambah lantaran jalur menuju laut memutar. Biasanya, sang suami mengatakan hanya butuh 30 liter solar. Tapi semenjak proyek reklamasi berjalan, suaminya harus menambah stok solar sebanyak 10 liter lagi menjadi 40 liter.
"Kan gara-gara reklamasi itu. Ya jadinya setiap berangkat kapal, Bapak kan harus muterin pulau dulu. Kalau biasanya lurus aja langsung bisa, ini harus muter dulu. Kan solar nambah boros," Amirah menandaskan.