Liputan6.com, Jakarta - Dua remaja anggota kelompok teroris Santoso, Ibadu Rohman (19) alias Ibad alias Amru dan Muchamad Sonhaji alias Fakih (21), ditangkap aparat Satuan Tugas Tinombala. Dari mulut keduanya meluncur pengakuan dan kondisi akhir kelompok bersenjata pimpinan Santoso.
Kepada aparat, Ibad mengaku bergabung dengan kelompok Santoso sejak usianya masih ABG, yakni 16 tahun. Sementara Fakih diketahui baru 7 bulan bergabung dengan kelompok teroris tersebut.
"Mereka terpengaruh dari propaganda medsos (media sosial) dan direkrut oleh Santoso dari Jawa," kata Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Tengah, Ajun Komisaris Besar Hari Suprapto, saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (19/4/2016).
Baca Juga
- Teroris Santoso Bawa Istri Baru Jadi Alasan 2 Anak Buah Kabur
- Karena Kelaparan, Kondisi 2 Anggota Teroris Santoso Belum Stabil
- Journal: Jejak Ekstrem Santoso di Tanah Poso
Dari pengakuan mereka, Ibad diketahui berasal dari Cilacap sementara Fakih berasal dari Pemalang, Jawa Tengah. Meski sudah mengetahui orangtua mereka, polisi belum mempertemukan keduanya dengan para orangtua mereka.
"Masih pemulihan kesehatan dan psikologis, tapi kami sudah mengantongi nama dan alamat orangtua mereka," kata Hari.
Menurut Hari, keduanya adalah bagian penting dari kelompok teroris Santoso. "Diperkirakan mereka mengetahui beberapa aksi teror dan kekerasan yang dilakukan Santoso, seperti pembunuhan warga dan penembakan aparat," kata Hari.
Santoso memberikan tugas kepada Ibad sebagai penyedia logistik untuk kelompok Santoso. Sementara Fakih, meski baru 7 bulan bergabung dia sudah mengikuti beberapa tadrib (pelatihan militer) di beberapa tempat.
"Perannya mencari logistik dan difungsikan seperti intel. Untuk mengumpulkan dan data informasi," beber Hari.
Keduanya ditangkap aparat Jumat 15 April 2016 di pemukiman warga di pegunungan Napu. Mereka mengaku terpaksa memilih lari dari kelompoknya karena kelaparan. Selain juga menganggap pimpinan mereka, Santoso, sudah tidak sejalan.
Salah satunya adalah mengenai Santoso, Basri, dan Ali Kalora yang membawa istri mereka ke dalam hutan.
"Jihad itu meninggalkan anak-istri, tapi Santoso sendiri malah bawa istri baru," kata Hari.
Selain itu, terjadi perpecahan di dalam tubuh kelompok ini. Diduga karena keterbatasan logistik, Santoso membagi dua kelompoknya, yaitu Bima dan Jawa. Tidak hanya logistik, pembagian tugas pun diberikan berdasarkan pembagian kelompok tersebut.
"Ada kelompok Bima dan Jawa, sehingga pembagian kerja dan makan pun dikelompokkan," ujar Hari.
"Saat ini pengikut Santoso 7-8 orang, sisanya mereka berpisah," ujar Hari.
Kini, kedua remaja tersebut tengah dipulihkan kondisinya oleh tim medis kepolisian. Badan mereka kurus kering. "Mereka dehidrasi, kurang makan, sehingga kesehatan dan psikologis mereka belum stabil," ujar Hari.
Advertisement