Liputan6.com, Polewali Mandar: Puluhan ton ikan di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, busuk akibat para nelayan sulit mendapat es balok untuk mengawetkannya. Hal tersebut disebabkan pemadaman listrik yang bisa sembilan jam dalam sehari. Pemadaman itu membuat pengusaha es balok tidak mampu memproduksi es.
Pemadaman listrik bergilir yang sudah terjadi sejak dua pekan belakangan membuat para nelayan, pengusaha ikan, dan pengusaha es balok mengeluh. Pasalnya, pengusaha es balok sulit berproduksi untuk memenuhi permintaan es balok pelanggannya. Tidak hanya itu, sejumlah pengusaha, demi menghindari kerugian besar, menutup usaha sementara lantaran kekurangan pasokan listrik. Penggunaan generator akan justru menambah biaya operasional mereka. Praktis, keadaan tersebut berimbas ke pengusaha ikan yang membuat harga jual ikan turun.
Â
Ikan tongkol dan baronang, misalnya, yang biasa dijual Rp 40 ribu pe rekor, dari pantauan SCTV Senin (26/10), hanya dijual Rp 20 ribu per ekor. Itu pun susah laku. Umumnya warga hanya membeli kebutuhan ikan yang bisa habis untuk sekali dihidangkan. Sebab, ikan tak bisa disimpan lama dalam lemari pendingin, sejak pemadaman bergilir diterapkan PLNÂ di daerah tersebut.
Â
Para pengusaha ikan mengaku sulit menjual ikan segar di pasaran. Alasannya, ikan yang mereka beli langsung dari tangan nelayan sebagian sudah membusuk sebelum dilempar ke pasar. Para pengusaha ikan pun sulit memasarkan ikan mereka ke konsumen. Akibatnya, pengusaha pun mengurangi jumlah pesanan ikan. Jika biasanya mereka memesan sampai 10 dus per hari, kini dikurangi menjadi setengahnya saja.(BJK/YUS)
Pemadaman listrik bergilir yang sudah terjadi sejak dua pekan belakangan membuat para nelayan, pengusaha ikan, dan pengusaha es balok mengeluh. Pasalnya, pengusaha es balok sulit berproduksi untuk memenuhi permintaan es balok pelanggannya. Tidak hanya itu, sejumlah pengusaha, demi menghindari kerugian besar, menutup usaha sementara lantaran kekurangan pasokan listrik. Penggunaan generator akan justru menambah biaya operasional mereka. Praktis, keadaan tersebut berimbas ke pengusaha ikan yang membuat harga jual ikan turun.
Â
Ikan tongkol dan baronang, misalnya, yang biasa dijual Rp 40 ribu pe rekor, dari pantauan SCTV Senin (26/10), hanya dijual Rp 20 ribu per ekor. Itu pun susah laku. Umumnya warga hanya membeli kebutuhan ikan yang bisa habis untuk sekali dihidangkan. Sebab, ikan tak bisa disimpan lama dalam lemari pendingin, sejak pemadaman bergilir diterapkan PLNÂ di daerah tersebut.
Â
Para pengusaha ikan mengaku sulit menjual ikan segar di pasaran. Alasannya, ikan yang mereka beli langsung dari tangan nelayan sebagian sudah membusuk sebelum dilempar ke pasar. Para pengusaha ikan pun sulit memasarkan ikan mereka ke konsumen. Akibatnya, pengusaha pun mengurangi jumlah pesanan ikan. Jika biasanya mereka memesan sampai 10 dus per hari, kini dikurangi menjadi setengahnya saja.(BJK/YUS)