Sukses

Menteri Pariwisata Targetkan Kalahkan Malaysia 2 Tahun Lagi

Menteri Pariwisata Arif Yahya mengusung tiga jurus untuk menggenjot sektor pariwisata.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Pariwisata Arif Yahya menargetkan pariwisata Indonesia mampu mengungguli Malaysia dalam dua tahun ke depan. Seperti diketahui, saat ini peringkat pariwisata Indonesia jauh tertinggal dibanding Thailand, Malaysia bahkan Singapura.

Tekad itu disampaikan Arif saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I Tahun 2016 Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Nusa Dua, Bali, Rabu (20/4/2016).

Baru-baru ini, Arif melanjutkan, telah digelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakoornas) pariwisata. Pada kesempatan itu telah disepakati untuk membuat culture di internal yang kita namai win way, seperti jurus untuk mencapai kemenangan. WIN juga berarti Wonderdul Indonesia," kata Arif di Nusa Dua, Bali.

Pada kesempatan itu ia memaparkan tiga hal agar pariwisata Indonesia mengungguli negara lain. Pertama adalah spirit atau semangat. Bagi Arif, semangat lebih hebat ketimbang strategi. Strategi saja tanpa semangat baginya tak cukup. "Spirit membuat kita menjadi hebat," kata Arif.

Ia mengajak semua pihak belajar dari Thailand. Menurut Arif, Thailand sangat hebat dalam hal semangat memenangkan peperangan dalam konteks industri pariwisata. "Mereka hebat sekali. Dari mulai rajanya sampai cleaning service-nya, kalau bicara pariwisata itu hebat," tutur dia.
‎

Arif bercerita, pernah suatu ketika terjadi pembunuhan di salah satu destinasi wisata Thailand. Namun, hal itu urung diberitakan oleh media demi Thailand, demi bangsa mereka. "Itulah hebatnya mereka. Nanti kita lihat Thailand itu tumbuhnya paling besar dan save devisa paling besar. Saya pernah bilang begini, kalau Indonesia punya Bali, maka ASEAN punya Thailand. Karena memang dalam hal peperangan, mereka solid," ucap dia.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah soliditas lintas sektor. "Untuk membuat solid, kita juga harus punya common enemy. Kalau tidak, maka musuh kita itu ada. Musuh kita itu bukan kita. Saya bagi dua musuhnya yakni Thailand dan Malaysia, sehingga kita tahu apa yang harus kita lakukan," papar Arif.

Bagi dia, dalam setiap hal soliditas selalu yang utama. "Tsun Zu mengajarkan kekuatan soliditas itu adalah bersatu," tegas Arif. Di kawasan ASEAN, negara yang terbaik menawarkan satu paket pariwisata adalah Thailand.

"Karena mereka bersatu mulai dari airlanes, PHRI-nya Thailand dan paket wisata. Jadi, PHRI dengan pemerintah dan bisnis harus bersatu, solid kalau mau menang bersaing," ucap Arif.

Selain solid, hal kedua yang perlu diperhatikan jika ingin menang dalam persaingan industri pariwisata adalah kecepatan. "Pak Presiden mencanangkan tahun 2016 itu adalah tahun kecepatan. Tiga fokus Presiden adalah deregulasi, infrastruktur, dan pengembangan bisnis," imbuh Arif.

Kelemahan bangsa ini menurut Arif adalah terlalu lelet. Bagi dia, dalam konteks persaingan bukan yang besar makan yang kecil. "Tapi yang cepat makan yang lambat. Malaysia lebih kecil dari Indonesia tapi kita kalah dari mereka. Kita kalah dari Thailand yang lebih kecil. Bahkan kita kalah dari Singapura yang lebih kecil. Kita lambat," tutur Arif.

Masih Kurang Cepat

Untuk itu, Arif meminta kepada PHRI untuk mendiskusikan regulasi apa saja yang dibutuhkan agar dimasukkan dalam paket kebijakan ekonomi keduabelas. "Mumpung mau dikeluarkan lagi kebijakan paket ekonomi keduabelas yang bisa mempercepat kita bersaing," kata dia.

Dalam hal pariwisata, Arif menilai Indonesia paling lemah di speed. "Kalau soal culture, natural, diferensiasi kita sangat bagus. Tapi dalam speed, kita payah," kata dia.

Kendati begitu, Arif mengakui jika lemahnya tingkat kecepatan bersaing Indonesia dengan negara lain lantaran kebijakan pemerintah juga. "Tapi speed itu karena pemerintah, regulasi. Saya juga pebisnis, jadi tahu. Kalau kita mau bersaing, aturan yang mengganggu harus diganti."

Sebagai misal aturan mengenai bebas visa. Indonesia kalah start dengan negara lain. "Thailand dan Singapura itu lebih dari 150 negara yang bebas visa. Indonesia hanya 15 negara. Contoh lain kapal pesiar. Kalau mau masuk ke Indonesia minimal perlu waktu 3 minggu. Padahal di Thailand, Singapura, dan Malaysia hanya 1 jam," ucap Arif.

Indonesia, selalu mengedepankan pendekatan security yang memperlambat laju pertumbuhan sektor pariwisata. Padahal, kata dia, hal itu tak berlaku di negara lain. "Regulasi kita harus segera dideregulasi agar kita bisa cepat secepat musuh-musuh kita. Kalau mau perang harus kenali musuhmu, kenali dirimu, baru kita bisa menang perang," kata Arif.

"Malaysia sedang merancang apa, Thailand juga apa, itu kita harus tahu. Karena kita berencana mengalahkan Malaysia itu dalam waktu dua tahun ke depan," tutur dia.

Hal ketiga yang mesti diperhatikan adalah smart. "Banyak contoh. Apa yang dilakukan oleh Malaysia dan Singapura juga Tahailand. Meski mereka musuh kita tapi kita harus tahu. Banyak orang belajar dari kesalahannya sendiri. Tapi mari kita juga belajar dari kesalahan orang lain," ucap Arif.