Sukses

Asa Wiwin Lady Gojek di Tengah Dera Ujian Hidup

Wiwin kehilangan kaki kirinya lantaran diamputasi setelah terlibat kecelakaan.

Liputan6.com, Jakarta - Ujian dari Sang Maha Kuasa datang bertubi-tubi. Wiwin Harsini sang pengemudi Gojek tetap tabah. Perempuan tersebut pantang menyerah menjalani hidup.

Cobaan pertama datang saat ia kehilangan suami tercinta yang lebih dulu dipanggil sang pencipta. Kemudian, tiga bulan berikutnya, tepat Senin 28 Maret 2016, ia mengalami kecelakaan yang berujung kehilangan kaki kirinya lantaran diamputasi. 

Saat ditemui Liputan6.com di Rumah Sakit Husada, tak terlihat kesedihan di wajahnya. Wiwin masih terlihat bercengkerama dan bercanda dengan kakaknya saat menjalani terapi pertama pascaoperasi.

 

"Kita tetap harus semangat, semua pasti ada maksud dan demi kebaikan kita sendiri," ujar Wiwin, Rabu 20 April 2016.

Ibu 1 anak ini menuturkan, sebelum menjadi pengendara Gojek, dia menjadi pelayan di restoran cepat saji. Namun, karena alasan efisiensi perusahaan, ia harus mencari pekerjaan lain.

"Awalnya cuma coba-coba melamar di Gojek, dan Alhamdulillah diterima," ujar dia.

Bagi Wiwin, menjadi perempuan bukanlah pasrah sebagai objek. Namun, harus ikut andil dalam mengubah nasib. Tak lagi hanya berkutat dari sumur, dapur, dan kasur. Jadi perempuan, menurut Wiwin juga harus menentukan nasib sendiri, mengejar mimpi.

"Jadi perempuan, harus mandiri, pantang menyerah tapi tetap lembut," ucap dia.

2 dari 3 halaman

Terseret Mobil

Wiwin menjadi perhatian masyarakat kala ia mengalami kecelakaan saat bekerja. Wiwin mengalami kecelakaan saat mengantarkan penumpang Gojek dari arah Apartement Cervino Tebet menuju Bulungan, Jakarta Selatan.

Orderan keempat itu awalnya tak ada masalah. Namun saat penumpangnya meminta untuk belok ke kanan, tiba-tiba dari arah Sekolah Al Azhar, sebuah mobil Innova berwarna abu-abu berkecepatan tinggi menabraknya dengan keras.

"Mobilnya itu mobil katering, pengemudinya namanya Pak Yanto, nanti malam dia mau jenguk Wiwin lagi," ujar Lili Trimawan (46) kakak kandung Wiwin yang ditemui Liputan6.com di Rumah Sakit Husada, tempat Wiwin tengah dirawat.

Saat itu juga, Wiwin tersungkur ke aspal dengan posisi motor menindih kaki kirinya. Ia terseret dengan posisi seperti itu sepanjang 15 meter. Kala itu, Wiwin lebih dulu mengecek dan memastikan penumpangnya aman. Padahal kakinya sudah tak lagi terasa.

"Dia cek penumpangnya dulu, tapi sayang penumpangnya kabur karena takut barangkali. Pak Yanto (sopir) dan orang-orang di sekitar langsung membawa adik saya ke Rumah Sakit Pertamina pakai taksi," kata Lili.

Setelah mendapat pertolongan pertama di Rumah Sakit Pertamina, keluarga Wiwin memutuskan untuk memindahkan anak bungsu dari 7 bersaudara ini ke rumah sakit lain. "Karena biaya di sana mahal, untuk pertolongan pertama aja sampai 5 juta," terang Lili.

Akhirnya Wiwin dirujuk ke Rumah Sakit Husada. Ia diperiksa lebih lanjut. Pihak dokter menganjurkan agar kaki kiri Wiwin diamputasi. Keputusan itu diambil sendiri untuk mengamputasi kakinya.

"Wiwin sendiri yang tanda tangan, dia adik perempuan saya yang paling kuat, orang bilang mah strong," kata Lili.

Saat ini, Wiwin tengah menjalani penyembuhan pascaoperasi. Luka akibat operasi masih ia rasakan.

3 dari 3 halaman

Usaha Kecil-kecilan

Wiwin saat ini masih belum bisa berbuat banyak. Pelan namun pasti, Wiwin sudah memulai usaha kecil-kecilan di depan rumahnya di Jalan Panca Warga I RT 04/05 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur.

"Saya buka warung dulu, sampai sembuh, kata dokternya masih 7 bulan lagi masa penyembuhannya," tutur Wiwin.

Ibu dari Putri Diah Arini (20) ini berencana akan kembali menjalani profesinya sebagai pengemudi Gojek. Menurut dia, bercengkerama dan mengenal banyak orang adalah obat manjur untuk panjang umur.

"Saya suka mendengar kisah-kisah hidup mereka di jalanan. Saya merasa nyaman dan aman selama menjadi Lady Gojek," ujar Wiwin.

Bagi Wiwin, pekerjaan bukanlah sekadar memenuhi perut. Namun lebih dari itu. Senyum dari para pelanggan, serta derai tawa sesama pengemudi Go-jek membuat hidupnya lebih berarti bagi orang banyak. Walau hanya berprofesi sebagai tukang ojek online. Wiwin mengerjakannya dengan sungguh-sungguh.

Jelang hari peringatan perjuangan kaum perempuan, Wiwin dan jutaan perempuan lainnya di Indonesia masih menjadi kelas nomor sekian di republik ini. Lantas keadaan ini tak membuat perempuan-perempuan itu patah arang.

"Kalau di sini (Jakarta dan lingkungan Wiwin) sudah banyak yang kerja. Kita harus tunjukkan bahwa wanita itu sejajar dengan laki-laki, kita juga bisa bekerja dan mandiri tanpa harus menghilangkan jati diri," kata Wiwin.