Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menginstruksikan agar aliran air di Jakarta tidak berpusat di satu rumah pompa, melainkan dibagi rata. Tujuannya agar beban air merata dan tidak tertumpuk di satu titik.
"Harusnya itu air dibagi merata. Jangan hanya ditumpuk ke satu saluran air saja," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (22/4/2016).
Belajar dari peristiwa banjir yang terjadi pada Kamis 21 April 2016 kemarin. Menurut Ahok saat itu air berkumpul hanya di satu titik, sedangkan sebenarnya, Waduk Pluit masih bisa menampung air karena ketinggian airnya masih minus 65 sentimeter. Namun, yang terjadi aliran air ke Waduk Pluit dihentikan dan dialihkan ke Ancol.
Baca Juga
"Lalu gara-gara Waduk Pluit sudah minus 65 cm, airnya dia pilih, dia buang ke Ancol. Ancol dan Gunung Sahari mana sanggup nampung banyak air coba. Kenapa enggak dari Istiqlal dibuang ke Jalan Sawo," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jumat (23/4/2016).
Padahal, lanjut Ahok, banjir kemarin dapat diminimalisir apabila Waduk Pluit digunakan maksimal. Sebab, Waduk Pluit masih aman karena sudah dinormalisasi.
Selain Waduk Pluit, Ahok mencontohkan kasus Pintu Air Manggarai. Saat ini kondisi pintu air Manggarai tidak pernah lagi berada pada posisi siaga 1 karena dirinya sudah menginstruksikan pintu air selalu dibuka.
"Sama kayak kasus Manggarai kan, dulu Manggarai selalu siaga satu. Sudah itu panik tenggelam. Air sudah tinggi baru dibuka. Harusnya buka mesti secara alami dong. Bukannya ditumpuk sampai tinggi baru dibuka ya tenggelam semua," Ahok menegaskan.