Liputan6.com, Jakarta - Jessica Kumala Wongso tiba-tiba ke luar dari sel Rumah Tahanan (Rutan) Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrim) Polda Metro Jaya pada Rabu 27 April 2016.
Dengan menggunakan baju oranye khas tahanan dan rambut dikurir kuda, Jessica keluar rutan bersama 4 polisi Direktorat Perawatan Tahanan dan Barang Bukti (Dittahti), seorang polisi wanita, dan dokter wanita.
Jessica adalah tersangka pembunuh Wayan Mirna Salihin (27). Mirna meninggal dunia setelah menyeruput kopi bercampur sianida di kafe Olivier, 6 Januari 2016.
Baca Juga
Perempuan 27 tahun itu lalu menumpangi sebuah mobil minibus yang membawanya ke Gedung Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Metro Jaya yang hanya berjarak 300 meter.
Advertisement
Â
Tersangka pembunuh Wayan Mirna Salihin itu tetap menebarkan senyum meski mengeluh sakit di dada kirinya sejak Senin 25 April 2016 malam.
Baca Juga
Sebelum dibawa ke Biddokkes, Kuasa Hukum Jessica, Hidayat Boestam mengatakan, pada Selasa 26 April 2016, Jessica malah mengeluh sakit kepala setelah diberi obat oleh polisi untuk menyembuhkan sakit di dadanya.
"Mengeluh dadanya sakit, terus dia bilang tadi pusing setiap minum obat (dari polisi). Tadi malam dan tadi pagi minum obat pusing, jadi dia minum obat dari polisi malah pusing," kata Hidayat Boestam.
Boestam mengatakan Jessica merasakan dadanya sesak setiap kali mengangkat tangannya.
"Saya minta mohon dirujuk ke RS yang ditunjuk Polda. Apa ke RS Kramatjati atau di mana, kami sih berharap dirujuk ke RS di Jakarta kaya RSCM lah biar keluarganya bisa besuk," ujar Boest
Awalnya, Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan Polda Metro Jaya Kombes Musyafak mengira Jessica alergi obat yang diberikan anggotanya.
Selama 3 bulan mendekam di tahanan, Musyafak menuturkan baru kali ini Jessica mengeluh sakit.
"Barangkali waktu minum obat lambung dalam keadaan kosong sehingga mungkin (lambungnya) tidak tahan," ujar Musyafak.
Diperiksa Dokter Spesialis Jantung
Jessica tak kunjung sembuh. Polisi kemudian membawa Jessica ke Gedung Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Metro Jaya. Polisi juga mendatangkan dokter spesialis jantung RS Polri Kramat Jati untuk memeriksa perempuan berwajah oriental itu pada Rabu 27 April 2016.
"Kami kirim dokter ke tahanan dan diperiksa, memang (dia) merasakan sakit. Kemudian saya suruh untuk langsung diperiksa di kakinya, rekam jantungnya," kata Musyafak.
Hasil pemeriksaan, sambung Musyafak, tak menunjukkan tanda-tanda Jessica terserang sakit serius. Hasil rekam jantung Jessica masih di batas normal dan diduga Jessica hanya mengalami sakit maag yang membuat otot-otot dada menegang akibat gangguan lambung.
Musyafak menjelaskan, dokter jaga di rutan pun telah memberikan obat analgetik. Pihak Biddokkes kemudian memanggil dokter spesialis jantung untuk memeriksa Jessica.
Hasil Pemeriksaan Kesehatan Jessica
Â
Â
Dokter jantung memeriksa Jessica selama satu jam setelah dia mengeluh nyeri di dada selama 2 hari. Hasilnya, tidak ada masalah serius dengan kondisi kesehatannya.
Musyafak berujar, kondisi tersebut didasari observasi kesehatan, rekam jantung, dan rontgen di bagian dada Jessica.
"Hasil dari pemeriksaan rekam jantung itu, jantung tidak ada masalah dalam batas normal. Kemudian saya periksakan dokter, saya foto rontgen juga dalam batas normal," beber Musyafak.
"Sehingga bisa disimpulkan bahwa Jessica saat ini dalam keadaan sehat dan baik," sambung dia.
Musyafak menegaskan, keluhan sakit di dada kiri Jessica kemungkinan disebabkan peregangan otot. Perempuan 27 tahun itu masih merasa sakit di dadanya, meski tak senyeri hari-hari kemarin.
Hal itulah yang membuat kepolisian memeriksa ulang jantung dan paru-paru Jessica. Menurut Musyafak, ada tiga tenaga medis yang mengecek kesehatan Jessica yaitu dokter spesialis jantung, radiolog, dan dokter umum.
"Saya buktikan bahwa memang jantung dan parunya dalam batas normal," tegas dia.
Musyafak juga membantah bahwa nyeri di dada Jessica itu akibat stres dan depresi. Kata dia, sikap Jessica biasa saja, kooperatif, dan berperilaku baik.
"Kalau (masalah) psikis tidak begitu, ya. (Jessica) enjoy saja kok, kooperatif, dan sangat baik," ujar Musyafak.
Hidup Normal
Â
Â
Sementara, Direktur Perawatan Tahanan dan Barang Bukti Rumah Tahanan Direktorat Reserse Kriminal Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Barnabas menuturkan, pola hidup Jessica selama di tahanan biasa saja.
Menurut Barnabas, Jessica Wongso makan tiga kali sehari di tahanan. Menu makanan pun menurut polisi cukup memenuhi kebutuhan gizi tahanan dan selalu berolahraga.
"Jadi dia hidup normal, sehari makan tiga kali dan menunya bagus. Jadi saya pikir tidak ada hal-hal terkait makanan yang mengganggu kesehatannya," kata dia.
"Kalau masalah olahraga memang sudah standar, ya. Kita punya SOP (Standard Operating Procedures) dan setiap tahanan mengikuti SOP yang sudah ditetapkan. Terkait kondisi Jessica, kita beri kesempatan dia olahraga," tandas Barnabas.
Saat pertama kali menempati sel tahanan, Jessica selalu dibawakan makanan spesial oleh sang Ibunda, Imelda Wongso. Saat itu, perempuan paruhbaya itu membawa nasi padang dengan lauk ayam goreng dan rendang.
Apa pun dilakukan oleh Imelda untuk mengembalikan nafsu makan anak bungsunya.
Pada hari pertama, dia tak bernafsu makan. Hari-hari berikutnya perempuan 27 tahun itu memilih tak menyentuh makanan tahanan yang terdiri dari lauk seadanya.
Jessica hanya mau memakan makanan yang dibawakan penasihat hukumnya dan orangtuanya. Nasi padang dengan lauk ayam goreng dan rendang adalah favoritnya. Bahkan, Imelda Wongso datang sambil membawa kudapan donat.
Tak hanya dimanjakan oleh orangtuanya, Jessica juga mendapat perlakuan manis dari kepolisian. Pengurus Rumah Tahanan Direktorat Reserse Kriminal (Ditreskrim) Polda Metro Jaya biasanya menyajikan sayur bening, tahu atau tempe, serta nasi dengan porsi sedikit. Tapi Jessica tak menyentuhnya.
Guna menjaga kondisi kesehatan Jessica, biasanya penjaga rutan memberinya nasi kotak, yang merupakan jatah makan penyidik.