Sukses

Teror Penembak Misterius Magelang

Jumlah korban teror penembak misterius di Magelang hingga kini mencapai 12 orang.

Liputan6.com, Jakarta - Teror menghantui warga di Kota Magelang, Jawa Tengah. Penembak misterius bergentayangan mencari korban yang umumnya menyasar kaum hawa.

Hal itu dirasakan Dwi. Wanita berusia 16 tahun itu terkena tembakan di bagian pahanya. Kejadian bermula saat ia selesai menyantap makanan di kawasan Alun-Alun Magelang. Ketika hendak bersiap pulang, ia mendengar letusan tembakan.

"Waktu mau pulang, tiba-tiba mendengar letusan. Paha rasanya nyeri. Bahkan jalan saja nggak kuat," kata Dwi kepada Liputan6.com, Sabtu 23 April 2016.

Tak hanya Dwi, Agus Tri Purnami pun merasakan hal sama. Pegawai Apotek Enggal itu tak menyangka akan menjadi korban penembak misterius. Sore itu, usai bekerja ia bermaksud pulang. Namun baru beberapa kaki melangkah, ia mendengar suara tembakan.

 

"Baru nyadar kalau pinggang kiri saya sakit," kata Agus Tri Purnami.

Kejadian itu dilaporkan kepada Mapolres Kota Magelang. Polis langsung bekerja dengan mengumpulkan berbagai informasi dan data kasus itu. Tim Investigasi juga dibentuk dan diterjunkan guna menangkap pelaku dan dalang peristiwa yang meresahkan warga.

Tak ingin ketinggalan, jajaran Polda Jawa Tengah pun turun tangan. Tim intelijen disebar ke sejumlah daerah. "Tim gabungan Polda dan Polres terus melakukan pencarian. Kita minta doanya semoga pelaku segera ditemukan," kata Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Aloiysius Liliek, Rabu 27 April 2016.

Lilik menambahkan, kasus teror kepada perempuan baru pertama kali terjadi sejak bertugas di Jawa Tengah.

Lokasi penembakan misterius di Magelang (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Dari data yang tercatat, polisi mengungkapkan jumlah korban teror yang melanda Magelang sejak 6-28 April 2016 terus bertambah hingga mencapai 13 orang. Mereka terdiri dari 12 wanita dan 1 pria.

Tak hanya bertambah korban, lokasi penembakan juga meluas. Jika awal kejadian berlokasi di kawasan pecinan Jalan Pemuda, penembak misterius kini juga beraksi di Jalan Ikhlas dan Jalan Tidar, depan RSUD Tidar Kota Magelang atau sekitar 200 meter dari Pecinan.

2 dari 3 halaman

Senjata Pelaku

Meski jumlah pelaku dan motif penembakan masih diselidiki, polisi menduga senjata yang digunakan adalah senapan angin untuk menembak burung. Polisi juga menemukan gotri di tempat kejadian perkara (TKP).

"Dugaan sementara, arah tembakan dari utara atau dari selatan. Jalan Pemuda di kawasan Pecinan adalah jalan satu arah," kata Kapolres Magelang Kota AKBP Edi Purwanto, Senin 25 April 2016.

Hal yang sama dikemukakan Kepala Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar. Berdasarkan olah tempat kejadian pekara (TKP) dan keterangan sejumlah korban, pelaku menggunakan peluru dengan kaliber 4,5 yang biasa digunakan untuk senapan angin atau mimis.

"Pertama adanya anak peluru dari senapan angin dan gotri, jadi kalau gotri itu lazimnya air gun. Kemudian apabila terkait dengan peluru dengan kaliber 4,5 milimeter atau biasa digunakan untuk senapan angin. Kita sedang berusaha dalam konteks pengungkapan," kata Boy di di Jalan Tirtayasa, Jakarta Selatan, Kamis (28/4/2016).

Ilustrasi Tindak Kejahatan dengan Menggunakan Senjata Api (iStockphoto)

Ketua Persatuan Olah Raga Airsoft Seluruh Indonesia (Porgasi) Setyo Wasisto punya penilaian tersendiri. Menurut dia, peluru yang digunakan airsoft gun bukanlah peluru gotri, melainkan peluru plastik. Maka itu, ia menduga senjata penembak misterius bukan airsoft gun namun air gun.

Perbedaan keduanya terletak pada jenis amunisi dan dampaknya. Airsoft gun menggunakan peluru plastik yang jika ditembakkan dalam jarak dekat bisa membuat bentol kemerahan. Dampak tembakan terparah adalah lecet.

"Airsoft gun itu tekanannya tidak sampai 2 joule. Tembakan dalam jarak 5 meter saja sudah melayang karena amunisinya berbahan plastik," ujar Setyo kepada Liputan6.com, Selasa 26 April 2016.

Sementara, air gun merupakan senjata yang menggunakan gas bertekanan tinggi. Peluru air gun berupa logam bulat. Kombinasi tekanan tinggi dan peluru logam itu bisa berdampak mematikan bagi yang terkena tembakan, khususnya jika ditembak dari jarak dekat.

"Kalau ditembak dengan air gun itu bisa mati. Apalagi ditembakkan dalam jarak pendek dan tepat terkena jantung. Contohnya, dulu kan sering ada penembakan halte busway. Itu gunakan air gun," tutur Setyo.

3 dari 3 halaman

Ulah Teroris?

Penembakan misterius di Magelang ini membuat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo gusar. Koordinasi kepada kepolisian terus dilakukan. Hasilnya, 2 orang telah diindikasikan sebagai pelaku.

"Sudah ada 2 orang yang diindikasikan itu dan lagi didalami sama kepolisian," kata Ganjar, di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (28/4/2016).

Ganjar meminta masyarakat Jawa Tengah, khususnya para wanita, untuk tetap tenang. Sebab, aparat penegak hukum sudah berusaha maksimal untuk menstabilkan situasi. Meski demikian, peran aktif masyarakat juga tetap dibutuhkan.

Imbauan senada juga didengungkan dari Mabes Polri. Kadiv Humas Polri Boy Rafli Amar meminta masyarakat mencatat ciri-ciri pelaku dan juga nomor kendaraan yang digunakan saat beraksi. Bila perlu, masyarakat juga memotret pelaku. Selanjutnya data-data tersebut dilaporkan ke kantor polisi terdekat.

Teror penembakan dilakukan pelaku dengan menggunakan sepeda motor.

"‎Apabila masyarakat ke depan masih lihat adanya orang-orang yang melakukan hal itu dari kendaraan umum atau kendaraan pribadi yang sengaja dia gunakan untuk melakukan atau mencari sasaran, ini mohon bisa dilaporkan," ucap Boy di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (28/4/2016).

Saat ditanya apakah ada kemungkinan sang pelaku berasal dari jaringan teroris? Boy menyatakan belum dapat menyimpulkannya.

"Belum, belum bisa dikatakan berkaitan dengan jaringan teror yang ada. Karena berbeda, modus operandi berbeda, alat peralatan yang digunakan juga berbeda, jadi hasil deteksi sementara, hasil olah TKP kita senjatanya jenisnya air gun. Air gun kan bukan senjata api," kata Boy di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Rabu 27 April 2016.

Boy menambahkan, pihaknya saat ini tengah mencari motif dari pelaku penembakan. Meski belum bisa dikatakan jaringan teroris, namun perbuatan yang dilakukan pelaku merupakan sebuah ancaman teror.

"Tapi dengan adanya berturut-turut jumlah korban dimana paling besar adalah wanita, ini dapat dikategorikan sebagai suatu perbuatan ingin melakukan teror tetapi beda dengan peneror seperti kelompok Santoso itu, jangan samakan seperti itu," terang Boy.