Sukses

KSPI: Polisi Jangan Lebay Saat Demo Buruh, Ini Aksi Damai

Said mengungkapkan, psikologi para buruh terganggu dengan pernyataan kepolisian jelang peringatan May Day.

Liputan6.com, Jakarta - Aksi besar-besaran akan terjadi di sejumlah daerah termasuk Jakarta dalam rangka peringatan Hari Buruh Sedunia atau biasa dikenal May Day. ‎Dalam momentum itu, aparat kepolisian diminta tak bertindak berlebihan. Apalagi di Indonesia, 1 Mei sudah ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal meminta polisi tidak melakukan upaya pengadangan apalagi melarang massa buruh merayakan May Day. Sebab, perayaan tersebut lumrah dilakukan di sejumlah negara di seluruh dunia.

"Polisi nggak perlu lebay (berlebihan) dengan menyiapkan 16 ribu personel. Polisi juga jangan mengadang, apalagi melarang. Ini aksi damai kok," ujar Said di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (29/4/2016).

Dia mengatakan, Hari Buruh tak melulu diperingati dengan aksi unjuk rasa. Di beberapa daerah banyak buruh yang memilih merayakan May Day dengan kegiatan-kegiatan sosial seperti olah raga bersama dan juga tanam pohon. Namun di Jakarta, May Day memang dimanfaatkan untuk menyampaikan aspirasi kaum buruh.

"Jadi masyarakat juga tidak usah khawatir, tak usah risau. Perayaan May Day akan berjalan tertib dan aman seperti yang selama ini kita lakukan tiap tahun," tutur dia.

Psikologi Buruh Terganggu

Said mengungkapkan, psikologi para buruh terganggu dengan pernyataan kepolisian jelang peringatan May Day. Alih-alih mengimbau agar tak melakukan aksi sweeping dan anarkis saat aksi, pernyataan tersebut justru ‎meresahkan kaum buruh.

"Bagaimana mau sweeping, orang pabrik-pabrik semuanya libur. Kan di Indonesia tanggal 1 Mei sudah ditetapkan sebagai hari libur nasional. Apalagi anarkis. Coba lihat peringatan May Day sebelumnya, enggak pernah ada tindakan anarkis," ucap Said.

Karena itu, Said meminta agar polisi tidak memperkeruh suasana dengan mengeluarkan pernyataan semacam itu. Sebab, hal itu justru akan menghilangkan simpati masyarakat terhadap perjuangan para buruh yang tentu ditujukan untuk mendapatkan hak dan keadilan bagi rakyat kecil.

‎"Jadi polisi kami minta tak keluarkan istilah-istilah itu (sweeping dan anarkis) di media, karena justru kontra produktif dengan aksi kita. Itu kan potensi hate speech, ujaran kebencian," pungkas Said.

Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Risyapudin Nursin mengatakan, massa buruh sama sekali tak diizinkan melintasi Jalan Sudirman-MH Thamrin pada Minggu 1 Mei 2016. Sebab rute tersebut masih digunakan untuk rutinitas CFD bagi warga Jakarta mulai pukul 06.00-11.00 WIB.