Liputan6.com, Jakarta - Kondisi buta bukan halangan untuk jadi penerang bagi sesama. Itu dibuktikan Fitri Nugrahaningrum, pendiri lembaga pendidikan Samara (Satelit Masa Depan Negara). Fitri mengajar di salah satu kelas di Kediri, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Fitri membangun bimbingan belajar Samara sejak 1997, saat masih tinggal di Solo, Jawa Tengah, berawal dari balas budi.
"Anak-anak harus tumbuh mandiri dan beretika," kata Fitri.
Advertisement
Saat Fitri dan suami pindah ke Lombok, Samara dibawa serta. Bersama Samara, anak-anak, remaja dan kaum ibu belajar mandiri dan berwiraswasta.
Baca Juga
Melalui Samara, Fitri membangun lingkungan untuk tumbuh bagi semua anak, termasuk anak-anak berkebutuhan khusus.
"Belajar di Samara sepenuhnya gratis," ujar Fitri.
Walau tanpa biaya, banyak orang tua semula tidak tertarik menempatkan anak mereka di Samara.
Hanya waktu yang akhirnya memberi bukti. Sekarang sekitar 400 anak mendapat bimbingan di Samara.
Pengakuan terhadap karya kemanusiaan Fitri telah berdatangan.
Lulusan S2 Universitas 11 Maret ini yakin, ilmu adalah penerang di tengah kegelapan.
Melalui hidupnya, Fitri telah menunjukkan dia adalah cahaya.
Saksikan kisah Fitri, kandidat Liputan 6 Award yang ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (1/5/2016), di bawah ini.