Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan upah setiap tahun dirasakan buruh selalu kalah berkejaran dengan naiknya harga-harga kebutuhan. Banyak buruh yang belasan tahun bekerja tidak mampu menabung atau membeli rumah.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (1/5/2016), sudah 16 tahun Lasmi bekerja sebagai buruh pabrik. Belasan tahun bekerja, tapi ia hanya sanggup tinggal di kamar kontrakan seluas 4x3 meter bersama suami dan satu orang anak di Koja, Tugu Utara, Jakarta Utara.
Kontrakan ini pilihan satu-satunya yang harganya terjangkau sebesar Rp 500 ribu/bulan.
Advertisement
Baca Juga
Biaya hidup yang semakin tinggi membuatnya benar-benar harus berhemat, apalagi suaminya hanya pekerja serabutan yang tidak mempunyai penghasilan tetap.
Upah buruh termasuk di DKI Jakarta dari tahun ke tahun memang terus meningkat. Dari Rp 1,5 juta tahun 2012 hingga saat ini mencapai Rp 3,1 juta.
Meski upah setiap tahun naik, tapi harga-harga juga ikut naik. Anak Lasmi kini yang berumur 4,5 tahun sebentar lagi masuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang artinya pengeluarannya akan bertambah banyak.
“Gaji segitu itu, kita bener-bener enggak cukup. Karena kita kan kebutuhan juga banyak, apalagi kita punya anak, sebentar lagi anak sekolah, pokoknya 3,1 juta itu kurang,” kata Lasmi.
Melalui organisasi, para buruh terus berjuang untuk meningkatkan taraf hidupnya. Mereka juga memperjuangkan hak-hak lainnya seperti cuti haid bagi buruh perempuan dan adanya tempat penitipan anak di lingkungan perusahaan.