Sukses

Sambut Kedatangan Sandera Abu Sayyaf, Keluarga Percantik Rumah

Sejak kabar pembebasan 10 WNI mencuat, sanak keluarga Charlos terus mendatangi rumahnya di Kecamatan Tuminting, Manado.

Liputan6.com, Jakarta - Charlos Barahama tidak sabar ingin segera bertemu putra bungsunya, Peter Tonsen Barahama. Peter, sang kapten kapal Brahma 12 baru saja dibebaskan dari penyanderaan Abu Sayyaf pada Minggu 1 Mei 2016.

Dia disandera kelompok militan asal Filipina itu selama lebih kurang 35 hari.

"Saya ingin Peter segera kembali ke Manado. Kami sudah rindu bertemu dengan dia," ujar Charlos saat ditemui di rumah kerabatnya di Kecamatan Tuminting, Manado, Sulawesi Utara, Minggu 1 Mei 2016 malam.

Sejak kabar pembebasan 10 WNI mencuat, sanak keluarga Charlos terus mendatangi rumahnya di Kecamatan Tuminting, Manado. Bahkan, rumah milik Ipar Charlos itu sudah dibenahi untuk menyambut kedatangan Peter.


"Kami sudah merapikan rumah. Biar Peter tinggal di sini dulu saat datang dari Jakarta," ujar salah satu kerabat Charlos.

Charlos menambahkan, dia ingin agar anaknya beristirahat dulu di rumah setelah hampir setengah tahun mereka tidak bertemu. Terkait pekerjaan Peter sebagai seorang pelaut, menurut Charlos, dia tetap mendukung jika memang Peter ingin kembali melaut.

"Menjadi pelaut sudah jadi mata pencarian Peter. Dia punya keterampilan di bidang itu. Kami tidak bisa melarang jika Peter ingin kembali melaut," ujar Charlos.

Menurut dia, Peter sudah lebih dari 10 tahun menjalani pekerjaannya sebagai pelaut. Charlos pun berharap Peter dan 9 temannya masih tetap dapat bekerja di perusahaannya selama ini.

"Semoga perusahaan itu tidak melepas mereka dari pekerjaan yang mereka jalani selama ini," ujar dia.

Charlos mengaku tidak tahu persis apakah pembebasan anaknya itu karena ada tebusan yang diberikan oleh pihak perusahaan.

"Kalau memang perusahaan memberikan tebusan, kami sangat berterimakasih. Kami percaya Tuhan akan melapangkan pintu rejeki bagi pihak perusahaan," ujar Charlos.