Liputan6.com, Jakarta - Lantunan tembang A Sky Full of Stars bergema di salah wahana di tempat wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Jumat petang. Nyanyian merdu itu ternyata berasal dari salah satu wahana baru bernama Sky World.
Mengiringi langkah setiap pengunjung, nyanyian tersebut seakan menjadi pembuka petualangan fantastis di angkasa luar yang disediakan wahana Sky World.
Dibuka pada 19 April 2016, Sky World sengaja dibangun sebagai wahana edukasi berbabis pengetahuan luar angkasa. Harga tiket masuk sebesar Rp 40 ribu pun dipastikan tak akan terbuang sia-sia.
Advertisement
Walau begitu, tidak dipungkiri wahana luar angkasa bukan merupakan barang baru di Indonesia. Sebelumnya, beberapa wahana serupa sudah ada di Tanah Air.
Kendati demikian, Marketing Komunikasi Sky World, Rakit Widodo mengatakan, terdapat perbedaan besar antara Sky World dan wahana serupa lain di Nusantara.
"Wahana yang berbasis edukasi (luar angkasa) di Indonesia dan bahkan Asia Tenggara ini baru satu-satunya," ucap Rakit saat ditemui Liputan6.com di wahana Sky World, Jumat (6/5/2016).
Sembari mengajak berjalan-jalan di Sky World, Rakit menjelaskan apa saja yang ada di dalam wahana tersebut.
Ia mengatakan, penjelajahan angkasa luar di Sky World dimulai dengan legenda Indonesia. "Ini ruang di mana dijelaskan legenda Indonesia yang ada kaitannya dengan ilmu perbintangan," tutur dia.
Konsep Real Time
Tak berhenti di situ, kejutan di Sky World terus berlanjut saat pengunjung dibawa ke zona alam semesta.
"Di sini para pengunjung bisa melihat narasi bahkan visual berkaitan terciptanya alam semesta. Ada tata surya, bulan, matahari dan planet-planet," sambung Rakit.
"Sesudah itu ada ruang roket. Diceritakan pencapaian zaman dulu sampai sekarang itu roket sejauh mana perkembangan dan negara mana yang bisa membuat dan meluncurkan roket," imbuh dia.
Â
Baca Juga
Setelah melewati 3 zona tersebut, bagian terakhir di Sky World adalah planetarium. Rakit pun menegaskan, planetarium di Sky World berbeda dengan wahana serupa yang ada di bagian lain di Indonesia.
"Yang terakhir digital planetarium. Kenapa kita beda karena kita konsep real time," sebut dia.
"Jika Anda masuk jam sekarang nanti kondisi saat masuk, matahari juga sama dengan kondisi di luar. Setelah itu kita akan buka atmosfir pada jam yang sama kita akan lihat planet dan galaksi apa saja yang bisa dilihat," terang Rakit.
Meski sudah punya 4 zona, Rakit mengaskan pembangunan Sky World tak akan berhenti di titik itu. Di masa mendatang mereka memasang target 11-15 zona di Sky World.