Sukses

Barometer Pekan Ini: Kekejian di Dalam Kampus

Kampus sebagai bagian dari sistem pendidikan dinodai kriminalitas yang merenggut korban jiwa.

Liputan6.com, Medan - Kampus Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), hari itu, 2 Mei lalu, gaduh luar biasa. Bukan, mahasiswa sedang memperingati Hari Pendidikan Nasional, tapi mereka tengah berusaha menghakimi seorang mahasiswa, Roymando Sah Siregar.

Mereka berebut dengan polisi yang sedang berusaha keras menyelamatkan Roy dari amuk mahasiswa. Bentrokan antara kedua pihak pun terjadi.

Mahasiswa marah dan berusaha menghakimi Roy, karena perbuatannya yang keji. Beberapa saat sebelumnya, Roy membunuh Nurain Lubis, dosen pembimbingnya di mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Nurain, 63 tahun, dibunuh di kamar mandi kampus saat mengambil air wudhu.

Setelah bersusah payah sekitar 2,5 jam, termasuk dengan melepaskan tembakan peringatan, polisi akhirnya bisa mengevakuasi Roy dari kepungan ratusan mahasiswa yang marah. Roy lalu dibawa ke Mapolresta Medan.

Pengakuannya mengejutkan sekaligus memprihatinkan. Mahasiswa semester 6 itu nekat membunuh Nurain Lubis karena dendam kerap dimarahi oleh korban, akibat tidak disiplin.

Nurain dikenal sebagai dosen senior dengan prestasi cemerlang. Ia pernah dipercaya menjadi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSU. Ironis, hidupnya justru direnggut oleh mahasiswanya sendiri yang selama ini ia bimbing. 

Sementara itu, di Kampus Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Senin malam lalu, heboh. Di kamar mandi lantai 5 gedung S2 dan S3 Fakultas MIPA ditemukan sesosok mayat.

Ternyata, itu adalah jenazah Feby Kurnia Nuraisyah, mahasiswi semester 2 jurusan geofisika yang dilaporkan hilang sejak Jumat lalu. Di leher korban terdapat jejak kekerasan berupa bekas jeratan.

Keprihatinan dan kekhawatiran pun meruyak. Warga kampus heran sekaligus khawatir, bagaimana seorang mahasiswi dibunuh di kampus yang nyaris tidak pernah sepi itu.

Pertanyaan itu terjawab. Selasa malam, polisi membekuk Eko Agus Nugroho di rumahnya di Pleret, Bantul. Eko lah yang membunuh Feby pada Kamis pagi, 4 hari sebelum jenazah Feby ditemukan.

Rekonstruksi menunjukkan, Eko membunuh Feby semata-mata untuk menguasai hartanya, yaitu telepon genggam dan sepeda motor.

Diiringi tangis keluarga dan teman, Kamis lalu, jenazah Feby dimakamkan di kampung halamannya di Batam, Kepuluan Riau.