Liputan6.com, Jakarta - Di antara pendekar Betawi lain, hiduplah Haji Entong Gendut yang melawan kezaliman masa kolonial Belanda. Namanya mungkin tak setenar Si Pitung atau Bang Jampang. Tapi dialah pahlawan bagi para warga Condet di Kramat Jati, Jakarta Timur.
Wilayah yang terbentang dari Kelurahan Batuampar, Balekambang, dan Kampung Gedong itu disebut sebagai asal mula sejarah Betawi. Pada masa lalu, masyarakat Condet hidup dalam tekanan pihak kompeni Belanda dan para tuan tanah yang bermarkas di Kampung Gedong.
"Dia bukan tokoh legenda. Dia benar ada. Ceritanya ada versinya juga," kata seorang tokoh masyarakat Betawi di Condet, Nur Ali kepada Liputan6.com di kantor Rumpun Masyarakat Betawi (RMB), Batuampar ,Condet, Jakarta Timur, Rabu (11/5/2016).
Advertisement
Baca Juga
Setiap minggu, rakyat diharuskan membayar pajak sebesar 2,5 sen. Jumlah itu bukan angka yang sedikit bagi warga Condet. Mengingat pada masa itu harga beras mencapai 4 sen per kg. Rakyat Condet yang tidak mampu membayar pun akhirnya diwajibkan kerja paksa.
Kezaliman itu lalu menyulut kemarahan Entong Gendut. Akhirnya pada 5 April 1916, perang di Landhuis yang dikenal sebagai Villa Nova pun berkobar. Saat itu, sang pendekar gugur.
Sejumlah cerita pun bermunculan terkait detik-detik akhir hayat sang pahlawan Condet itu. Ada yang menyebut, Entong Gendut meninggal bukan di Kampung Gedong, namun di Batuampar saat kabur dari kompeni melewati sungai. Setelah diberondong peluru di pinggir sungai, jenazah Entong Gendut diangkut oleh Kompeni dan diceburkan ke laut.
"Konon dia dipancing nyeberang Ciliwung. Nah katanya kalau kena air sungai kekebalan Haji Entong hilang. Jadi dia ketembak. Terakhir yang ane tahu, Entong Gendut nggak mati di tempat. Dia sempat dibawa ke RSPAD, (nggak) tahu dulu namanya apa. Tapi nggak ketolong. Dimakaminnya juga nggak tahu di mana," cerita Nur Ali.
Sejarah Betawi di Condet
Tak cuma kisah Entong Gendut yang menarik dari Condet. Di kawasan itu, perkampungan tua masyarakat Betawi kabarnya telah ada sejak lampau. Hal itu diperkuat dengan adanya sejumlah penemuan benda purbakala zaman 1.500-1.000 Sebelum Masehi, seperti kapak, gurdi, dan pahat dari batu.
Nur Ali menyebut, hingga sekarang pun penelitian terkait berapa lama perkampungan betawi di Condet masih tetap berlanjut. Saking tuanya Condet, dia mengatakan, salah satu arkeolog dari Universitas Indonesia yakni Ali Akbar juga pernah menelusuri bantaran Ciliwung dan mendapati situs-situs prasejarah di sana.
"Kita juga di Condet dalam satu kegiatan dulu, seperti ada teman gali pondasi rumah. Dapat kampak batu. Itu ane yakin Condet ini sebenarnya sangat tua. Sampai sekarang sejarawan masih berasumsi banyak, tapi ane berkeyakinan terutama di bantaran Ciliwung pernah ada kehidupan yang tua," tutur Nur Ali.
Legenda Lahirnya Condet
Sementara itu, menurut budayawan Ridwan Saidi, dahulu Condet pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Salaksana pada tahun 120 M. Dia menyebut Kelurahan Balekambang adalah tempat pesanggrahan raja-raja, sedangkan Batuampar merupakan batu besar tempat meletakkan sesaji.
Banyak pula legenda terkait asal-muasal Condet. Salah satunya menyebut, penamaan daerah itu berasal dari nama seseorang yang memiliki kesaktian dan memiliki bekas luka di wajahnya atau codet. Orang sakti tersebut sering muncul di Batuampar, Balekambang, dan Pejaten.
"Condet ada juga versi lainnya. Condet itu berasal dari salah satu anaknya Pangeran Geger Bolong yang kebetulan ada codetnya," lanjut Nur Ali.
Cerita lain pun menyebut, Condet lahir karena permintaan seorang putri cantik yang dilamar oleh Pangeran Astawana. Dia menerima lamaran itu dengan syarat dibangunkan sebuah rumah di atas empang dekat Ciliwung dalam semalam.
Meski ada banyak cerita dibalik asal mula nama Condet dan bagaimana terbentuknya daerah itu, Nur Ali yang juga merupakan Ketua Rumpun Masyarakat Betawi menyatakan, semua versi tersebut berasal dari warga asli Condet.
Memang, sambung dia, tidak ada satupun versi yang disepakati terkait bagaimana awal mulanya Condet. Jadi, semua diterima dan menjadi gambaran bagaimana luas dan beragamnya sejarah terkait keberadaan Condet.
"Jadi menurut ane semuanya betul dari orang Condet. Kecuali yang dari Babe Ridwan. Dia sejarawan (bukan orang Condet) dan dia teliti sendiri. Dia punya referensi sendiri yang orang Condet nggak tahu, sehingga timbul silsilah baru tentang kata Condet itu dari pohon di pinggir kali namanya Ci Ondet. Itu dari orang Condet sendiri pun nggak tahu. Tetep kita hormatin," terang pria berusia 40 tahun itu.
Advertisement