Sukses

Nada Geram Bupati Bogor kepada Pembunuh Bocah 2,5 Tahun

Kabupaten Bogor sebagai pilot project kota layak anak perlu ditinjau ulang setelah peristiwa kejahatan seksual yang terus berulang.

Liputan6.com, Bogor - Bupati Bogor Nurhayanti meminta penjahat seksual dan pembunuh LN (2,5) dihukum berat. Dia menilai perbuatan Budiansyah (26), tersangka kasus tersebut sangat keji.

"Saya berharap penegak hukum berani memberikan hukuman yang setimpal atas perbuatan pelaku," kata Nurhayanti dengan nada geram, usai berkunjung ke kediaman nenek korban yang bertetanggaan dengan kediaman pelaku di Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 12 Mei 2016.

Dia mengimbau keluarga harus menjadi motivator bagi anaknya dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka tidak berkembang menjadi penjahat atau korban kejahatan seksual.

"Jujur, saya sangat prihatin atas kejadian yang menimpa salah satu masyarakat Kabupaten Bogor, karena belum lama ini kita sempat dijadikan sebagai pilot project kota layak anak dari Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak," ujar dia.

Nurhayanti berjanji mengupayakan peningkatan ketahanan keluarga melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Anti Kekerasan Terhadap Anak.

"Ini dalam rangka meminimalisir kejahatan terhadap anak, dalam berbagai bentuk melalui Badan Perlindungan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB). Di situ kita sudah membentuk Satgas di tingkat Desa secara sinergis bekerja sama secara berjenjang hingga tingkat kecamatan," kata dia.

Budiansyah tersangka pembunuhan dan pencabulan bocah 2,5 tahun di Kabupaten Bogor.


Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Netty Heryawan mengutuk kejadian yang menimpa LN, balita bawah tiga tahun (batita) yang tewas mengenaskan.

"Kami menyerahkan sepenuhnya penanganan dan penegakan hukumnya kepada teman kepolisan dan penegak hukum lainnya," kata Netty saat mengunjungi keluarga korban.

Netty mengaku mencoba membangun koordinasi dengan Bupati Bogor supaya dilakukan penguatan di lingkungan masyarakat. "Seperti ada edukasi untuk masyarakat termasuk juga pendalaman," ujar Netty.

Termasuk, penyadaran masyarakat tentang bahaya alat komunikasi, yang menjadi salah satu pemicu terjadinya perilaku kejahatan seksual.

"Kita harus sama-sama bangkit melawan ini, mulai dari keluarga dan lingkungan sekitar. Kami juga berharap DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia) menjadi mentor pencegahan di titik hulu," kata dia.

Hulu Persoalan

Kasus kejahatan seksual terhadap perempuan maupun anak di bawah umur di wilayah Jawa Barat, lanjut Netty, sangat kompleks.

"Jadi kalau bicara dari hulu ke hilir banyak pihak dan banyak sektor. Di titik hulu keluarga kini mengalami banyak faktor kerentanan. Mulai dari pernikahan yang tanpa visi, konflik perceraian, ibu bekerja. Termasuk pengalihan pengasuhan anak hingga penyalahgunaan mengakses internet oleh anak, sehingga ini yang menjadi titik awal kerentanan terjadinya kekerasan," terang Netty.

AS (55), ayah korban menghendaki Budiansyah hukuman seberat-beratnya. Bahkan pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) ini juga sepakat jika penegak hukum memberikan sanksi hukuman kebiri.

"Ya saya sangat setuju pelaku dihukum seberat-beratnya, kalau perlu dikebiri," ujar AS.

Pihaknya mengaku tak habis pikir jika anaknya meninggal dengan cara sadis oleh tetangganya sendiri. Pihaknya berharap pemerintah saat memberikan hukuman tidak memberikan ampunan hukuman.

"Pokoknya enggak ada ampun bagi pelaku pemerkosaan dan pembunuhan seperti ini," kata AS dengan nada kesal.

Kapolsek Cibungbulang Komisaris Ronny Mardiatun mengatakan, pelaku memang jarang bergaul dan kurang bersosialisasi.

Bahkan, pihak keluarga pelaku sudah beberapa kali memindahkan sekolah saat masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Ia putus sekolah saat masih kelas 1 SMP. Budiansyah juga memiliki daya ingat dan pola pikir seperti orang yang memiliki IQ rendah.

"Disebut mentalnya terbelakang atau idiot sih enggak," ujar Ronny.