Sukses

RS Sumber Waras, Saksi Tragedi Trisakti yang Kini Diributkan

RS Sumber Waras, saksi bisu atas tragedi berdarah Trisakti, kini lebih dikenal sebagai penanda kasus dugaan korupsi di DKI.

Liputan6.com, Jakarta - Malam 12 Mei 1998, suasana ruang Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Sumber Waras, chaos. Ratusan anak muda menggenakan almamater biru tua, mulai memadati. Ada yang menunggu di luar, ada pula yang di dalam. Beberapa di antaranya tidak hanya peluh keringat, tapi juga bersimbah darah.

Suasana memilukan juga terjadi di sekitar kamar jenazah. Suara jeritan dan isak tangis memecah keheningan malam.

Empat mahasiswa dipastikan tewas. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hendriawan Sie, dan Hafidin Royan. Keempatnya tewas terkena peluru tajam di kampusnya. Mereka kemudian dibawa ke RS Sumber Waras.

Tragedi Trisakti terjadi....

Sementara, mahasiswa yang luka-luka terkena tembakan antara lain Ketua Senat Mahasiswa Universitas Trisakti (SMUT) Hendra, Rico (Fakultas Ekonomi), Agus Rerwanti (Fakultas Teknik Sipil), Ari Pramono (Fakultas Teknik Sipil), Ason (Fakultas Teknik Industri), Yonatan Hendrik (Fakultas Teknik Lingkungan), Ufur (Fakultas Ekonomi Akuntan), dan Hendrawan (Fakultas Ekonomi).

Ada pula Ade Rizka Lubis (Fakultas Ekonomi), Eko, Otty (Fakultas Teknik Lingkungan), Poltak Silalahi (Fakultas Hukum), Yose Noviardi (Fakultas Ekonomi), Alfan (Fakultas Ekonomi), Riga (Ketua Himpunan Mahasiswa), Boy Harry Budiman, Disyon (Fakultas Teknik Industri), Boy (Fakultas Seni Rupa dan Desain), Alfis (Fakultas Ekonomi), Mico (Fakultas Hukum), dan Kardianti (Fakultas Ekonomi).

Delapan belas tahun kemudian, RS Sumber Waras di Jakarta Barat yang menjadi saksi bisu atas tragedi berdarah Trisakti lebih dikenal sebagai penanda kasus dugaan korupsi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kasus ini sering diperbincangkan publik dan sempat mengundang perdebatan antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama (Ahok), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).


4 'Pahlawan' mahasiswa ini merenggang nyawa demi reformasi. Peristiwa itu dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Siapa saja mereka.

Kasus tersebut tengah diselidiki komisi antirasuah sejak 20 Agustus 2015. Puluhan saksi pun sudah dipanggil, termasuk Ahok. Namun hingga sekarang, KPK sendiri belum memiliki bukti adanya korupsi pada pembelian lahan rumah sakit tersebut.

Ketua KPK, Agus Rahardjo, mengatakan status kasus pembelian RS Sumber Waras itu tinggal menunggu waktu.

"Segera akan diumunkan statusnya oleh KPK. Bukan tersangkanya, statusnya. Ditunggu saja," ujar Agus di Jakarta pada Kamis 12 Mei 2016.

Dia mengungkapkan hal itu lantaran banyak desakan untuk segera mengumumkan pembelian lahan RS Sumber Waras bermasalah atau tidak. Termasuk, soal keterlibatan Ahok dalam kasus ini.

Sementara, Ahok ingin segera memfungsikan RS Sumber Waras sebagai salah satu RS khusus kanker. Terlebih, semakin banyaknya penderita kanker di Ibu Kota.

"Makanya saya bangun RS Sumber Waras. Saya harap KPK bisa cepat memutuskan penyidikan ini. Karena Sumber Waras ini gantung," ujar Ahok.

Saat ini RS Kanker Dharmais kewalahan dalam menangani pasien kanker. Sebab, RS Dharmais merupakan satu-satunya rumah sakit khusus kanker di Jakarta. Untuk itulah Ahok berencana tetap melanjutkan pembangunan RS kanker agar pengidap kanker tak perlu mengantre berbulan-bulan di RS Dharmais.

"Supaya orang-orang Indonesia yang lain, yang datang berobat kanker di Dharmais tempatnya tidak dipakai oleh orang Jakarta. Sekarang kan antre 2 bulan, 3 bulan," kata Ahok yang merupakan mantan Bupati Belitung Timur.

Tentu saja, semua itu tinggal menunggu waktu. Apakah KPK akan menjadikan bulan Mei di tahun ini menorehkan sejarah lagi bagi RS Sumber Waras, atau memilih bulan lain.