Liputan6.com, Jakarta - Di kawasan Tamansari, Jakarta Barat, tak hanya tersebar hotel-hotel sebagai tempat menginap kaum berduit. Namun juga ada satu 'hotel' yang dijadikan tempat beristirahat bagi mereka yang berjibaku dengan kerasnya Ibu Kota.
Hotel Bemo, menjadi tempat menginap para sopir sekaligus bemonya. Moda transportasi yang semakin terpinggirkan ini menginap di badan jalan di samping Hotel Mercure Mangga Besar itu setiap harinya.
Baca Juga
Puluhan bemo terparkir di sana. Selain jadi tempat ngetem dan menunggu penumpang, beberapa bemo yang sudah jadi bangkai juga teronggok di sudutnya.
Advertisement
"Sudah tahunan lah, saya narik udah 16 tahun, di sini sejak tahun 2009-an akhir," ujar Ajis (47) kepada Liputan6.com, Minggu (15/5/2016).
Baca Juga
Bemo ini hanya beroperasi dengan jarak pendek, mereka melayani rute jalan Mangga Besar Raya hingga Hayam Wuruk saja. Dengan ongkos Rp 3.000 untuk sekali jalan.
Penumpang mereka rata-rata pekerja dan ibu rumah tangga. Untuk satu kali jalan, biasanya menunggu penumpang penuh. Bemo mampu memuat hingga 7 orang, 6 penumpang di belakang dan 1 penumpang di samping sopir.
"Makin dikit yang naik, kadang enggak nunggu penuh, 3 orang (penumpang) langsung jalan," lanjut Ajis.
Hotel bemo itu juga jadi bengkel dadakan bagi bemo lainnya, montirnya para sopir bemo itu juga. Berbekal pengalaman dan alat seadanya, mereka saling memperbaiki bemo.
Jika malam tiba, jumlah bemo yang menginap meningkat. Sebab banyak di antara sopir bemo yang memilih tidur di kendaraan mereka ketimbang pulang ke tempat tinggalnya.
"Kalau duit belum cukup, ntar istri di rumah mau dikasih apa," terang Abdul (45) sopir bemo lainnya.
Meski jarang, penumpang mereka biasanya sudah langganan. Para ibu rumah tangga dan pekerja sekitaran Mangga Besar masih sering menggunakannya di pagi dan sore hari.
"Anak sekolah juga banyak yang naik, cuma pagi ama sore doang, kalau siang mah sepi," lanjut Abdul.
Puluhan bemo dengan kondisi karatan itu, mengais rezeki di antara moda transportasi lainnya. Saingan mereka mulai dari angkot hingga transportasi online.
"Kalau rezeki mah enggak kemana," sahut Ajis.
Dengan pendapatan kotor Rp 50.000, mereka cuma bisa membawa pulang sekitar Rp 20.000. Selebihnya untuk bahan bakar dan makan, belum lagi jika bemo rusak.
"Buat makan juga di sana, kalau rame Alhamdulillah bisa dapet Rp 80.000," kata Abdul.
Dengan rute sekitar 3 Km itu, minimal sekali narik, mereka dapat Rp 15.000 dan kembali ke 'hotel' bemo itu untuk nunggu antrean selanjutnya.