Liputan6.com, Tangerang - Nasib Enno Parinah mungkin tak akan setragis ini andaikan dia tidak memberi tahu kekasihnya yang masih remaja jika dia dijodohkan dengan pria lain.
Kekasihnya, IH yang masih duduk di bangku SMP tidak terima gadis berusia 18 tahun itu jatuh ke tangan pria lain.
Setelah mendengar kabar perjodohan itu, IH menghubungi Enno melalui pesan singkat dan meminta bertemu untuk memeluk dan menciumnya.
"Karena itu saat IH datang ke mess, korban membukakan pintu untuknya. IH juga sempat minta untuk berhubungan badan, tapi ditolak oleh korban," kata Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Ajun Komisaris Besar Sutarmo saat ditemui di ruang kerjanya, di Markas Polres Metro Tangerang Kota, Senin 16 Mei 2016.
Baca Juga
IH yang masih berusia 15 tahun itu marah. Sekonyong-konyong dia meninggalkan mess tempat Enno tinggal.
Awal Pembunuhan
Â
Advertisement
Saat di perjalanan pulang, IH bertemu RAH dan MA. Keduanya mengajak IH untuk membunuh korban.
"Dia enggak bakal jadi pacar kamu lagi kok," kata Sutarmo menirukan ucapan tersangka.
Kemudian ketiganya bersama-sama masuk ke kamar mess korban dan melakukan pembunuhan.
RAH, tersangka yang berstatus siswa SMP itulah yang memegang cangkul. Alat pertanian itu dia dapat dari pojok luar mess yang biasa digunakan untuk renovasi.
"Itu pesan pelaku yang kita dapat dari hasil pra rekonstruksi ketiga kali dan olah TKP empat kali," kata Sutarmo.
Jasad buruh pabrik plastik di Tangerang itu ditemukan dalam kondisi mengerikan di messnya.
Â
Jasad Enno ditemukan dalam kondisi bugil dan terdapat gagang cangkul menancap di bagian tubuh yang diduga sengaja dilakukan pelaku.
Untuk penyebab pasti kematian korban, Sutarmo mengaku belum memastikan apakah disebabkan oleh tindakan kekerasan dengan gagang cangkul tersebut atau hal lain. "Kita masih menunggu hasil visum," kata Sutarmo.
Jasad Enno ditemukan warga dalam kondisi mengenaskan di kamar kontrakan di Kosambi, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Jumat 13 Mei lalu.
Tangisan Pedih Mahpudoh
Nasib nahas Enno meninggalkan luka mendalam bagi ibundanya, Mahpudoh. Wanita berkerudung itu tidak bisa membendung air matanya saat melihat kondisi putrinya yang sudah meninggal.
Mahpudoh terus saja menangis selama di rumah sakit. Dia lalu mengatakan, semasa hidup putrinya dikenal sebagai anak yang baik dan pendiam.
"Ya Allah baik banget, pendiam begini, mana ada musuhnya. Kok teganya orang," kata dia sambil terisak, Tangerang, Jumat 13 Mei 2016.
Sebelum ditemukan meninggal atau pada libur panjang kemarin, Enno sempat pulang ke rumah di Kampung Bangkir, Kelurahan Pegandikan, Lebak Wangi, Kabupaten Serang, Banten.
"Dia pulang dan sempat nanya, ibu mau apa? Saya bilang enggak mau apa-apa, duitnya buat kamu beli baju bagus saja," kenang Mahpudoh.
Â
Â
Enno yang merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara ini, memang kerap membawa buah tangan untuk keluarganya setiap pulang ke rumah.
"Dia pulang seminggu sekali. Suka bawa makanan, kue, permen buat adiknya. Padahal gajinya kecil, jadi suka saya suruh nabung saja," kata Mahpudoh.
Gadis setinggi 170 sentimeter ini memang ingin bekerja setelah lulus SMK lantaran tidak betah jika menganggur di rumah.
Mahpudoh pun mengizinkan anak gadisnya bekerja di Polyta Global Mandiri, karena banyak teman-teman sekampungnya bekerja di perusahaan ini.
"Sebenarnya dia disuruh kuliah, tapi penginnya kerja. Karena di sini banyak barengan teman-temannya, saya izinkan. Dia baru kerja enam bulan di sana," kata dia.
Mahpudoh tidak menyangka putrinya meninggal dengan cara mengenaskan. Dia baru tahu kabar itu dari teman anaknya pada Jumat pagi, sekitar pukul 09.00 WIB.
"Saya kira kecelakaan, ternyata dibunuh. Rasanya kayak kiamat, sedih sekali. Tega banget pelaku melakukan itu sama anak saya," tutur dia.
Polda Ambil Alih
Â
Â
Polres Metro Kota Tangerang Selatan menyerahkan berkas perkara kasus pembunuhan sadis terhadap korban Enno Parihah (18) ke Polda Metro Jaya.
Penyerahan dilakukan pada Senin 16 Mei 2016 dini hari atau setelah dilaksanakannya prarekonstruksi.
Hal tersebut diungkapkan Kasat Reskrim Polres Metro Tangerang Kota, Ajun Komisaris Besar Sutarmo.
"Terhitung Senin dini hari atau sekitar pukul 02.00 WIB, setelah pra rekontruksi dilaksanakan, kasus ini diambil alih oleh Polda Metro Jaya," kata Sutarmo.
Dengan demikian, segala ben
tuk penyelidikan lebih lanjut sudah menjadi wewenang Polda Metro Jaya.
Tim gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Kota Tangerang mengungkap pembunuhan wanita dengan cangkul En
no Parihah (18), setelah meringkus tersangka RAH. Tersangka RAH masih berusia 15 tahun dan berstatus siswa SMP.
Selain menangkap RAH, petugas juga mengamankan dua orang lain yakni RA dan IH. Ketiga tersangka diamankan tidak jauh dari lokasi kejadian di Dadap Kosambi, Tangerang, Banten, Sabtu 14 Mei 2016.
RAH, IH dan MA ditetapkan polisi sebagai tersangka pembunuhan. Ketiganya ditangkap polisi setelah 3 hari pasca-pembunuhan sadis itu.
Penyidik juga menyita satu potong kaus oblong warna hitam, celana pendek jeans, sepasang sandal jepit, dan satu telepon selular milik RAH, serta satu telepon selular milik Enno.
Para pelaku dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana subsider Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, dan Pasal 339 KUHP tentang penganiayaan berat dan atau Pasal 354 KUHP Subsider Pasal 351 Ayat 3 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan, dan atau Pasal 365 KUHP dan atau Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan.
Advertisement