Liputan6.com, Makassar - Kampung Dangko, Jongaya, yang dihuni 800 kepala keluarga, berjarak satu jam perjalanan darat dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Karena sejak lama sebagian besar warga kampung ini hidup sebagai pengemis, Dangko pernah lebih dikenal sebagai kampung pengemis. Banyak warga kampung ini juga menderita kusta.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Selasa (17/5/2016), puluhan tahun Dangko tidak mengalami perkembangan berarti. Sampai pada tiga tahun lalu, melihat kondisi kampung ini, seorang mahasiswa sederhana Derry Permana Munsil, terpanggil.
Tak berhenti pada ide,Derry langsung terjun melakukan aksi nyata. Derry menggalang rekan-rekannya sesama mahasiswa untuk membantu warga kampung Dangko.Â
Advertisement
Baca Juga
Sebagai wadah kegiatan, di awal tahun 2012 mereka membentuk komunitas AIM atau Aksi Indonesia Muda.
Derry dan rekan-rekannya memutar otak, agar program untuk warga Kampung Dangko berjalan berkesinambungan. Bukan hanya memberi pelatihan membuat produk, Derry memastikan produk karya warga Dangko bisa terjual di pasar.
Salah satu tantangan terberat adalah mengubah pola pikir. Telah lama warga Kampung Dangko terbiasa mengemis. Telah lama pula warga sekitar merasa tidak nyaman berhubungan dengan warga Dangko.
Sedikit demi sedikit citra Dangko terus membaik. Sekarang banyak warga Dangko bisa menghidupi keluarga tanpa mengemis.
Sebutan Dangko sebagai kampung pengemis kini sudah jarang terdengar. Derry berharap Kampung Dangko terus berkembang.