Liputan6.com, Nusa Dua - Kandidat calon Ketua Umum Golkar Priyo Budi Santoso mengaku sudah mengalihkan dukungannya kepada Setya Novanto sebelum voting pemilihan ketum Golkar dilakukan Selasa dini hari.
"Saya sudah mengadakan pertemuan empat mata dan bersepakat untuk mendukung Setya Novanto sekaligus mengalihkan dukungan," kata Priyo di arena Munaslub Golkar di BNDCC, Nusa Dua, Bali, seperti dikutip Antara, Selasa, (17/5/2016).
Menurut dia, kesepakatan itu dibangun Selasa dini hari sekitar pukul 02.00 WITA, sebelum voting dilakukan.
Kesepatakan diambil di kamar 1510 di Hotel Bali Nusa Dua Convention Center.
"Kesepakatan ini terinspirasi dari pembicaraan sebelumnya yang saya lakukan dengan Pak Aburizal Bakrie dan Pak Luhut, secara terpisah," kata Priyo.
Baca Juga
Namun, Priyo tidak menyebutkan apa kesepakatan antara dirinya dengan Novanto.
Ade Komarudin sebagai kandidat terkuat kedua pun akhirnya mengalah dan menyerahkan kursi Golkar 1 ke Setya Novanto.
Ade Komarudin mendengarkan saran dari bakal calon lain, Syahrul Yasun Limpo. Syahrul meminta Ade tidak melanjutkan pertarungan dan menyerahkan kursi Golkar 1 kepada Setya Novanto.
Pria yang akrab disapa Akom itu mengatakan sudah berdiskusi dengan calon ketua umum lainnya, juga dengan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie. Hasilnya, Akom mantap menyerahkan kursi Golkar 1 ke Setya Novanto.
"Saya kira saya lebih mudah dari Novanto, saya lebih baik mundur. Masih ada kesempatan saya di masa yang akan datang. Saya dan rekan saya akan beri support kepada Pak Novanto," ujar Akom.
Setya Novanto secara resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2014-2019 melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa di Bali Nusa Dua Convention Center, Selasa pagi.
"Dengan mengucap bismillahirahmanirahim, kita tetapkan pak Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar," ujar Ketua Sidang Munaslub Nurdin Halid di arena Munaslub di Nusa Dua Bali, Selasa.
Dalam penghitungan suara, perolehan suara delapan bakal calon Ketua Umum antara lain Ade Komarudin 173 suara, Setya Novanto 277 suara, Airlangga Hartarto 14 suara, Mahyudin dua suara, Priyo Budi Santoso satu suara, Aziz Syamsuddin 48 suara, Indra Bambang Utoyo satu suara, Syahrul Yasin Limpo 27 suara dan suara tidak sah berjumlah 11, sehingga total suara 554.
Dari hasil tersebut sejatinya Ade dan Novanto masih harus menjalani pemilihan tahap kedua karena keduanya memenuhi perolehan suara 30 persen. Namun, Ade memilih mundur.