Sukses

Jalan Panjang Setya Novanto Kuasai Puncak Beringin

Pada pemungutan suara yang dilangsungkan sejak Selasa dini hari, Setnov berhasil mengalahkan 7 calon ketua umum lainnya.

Liputan6.com, Jakarta - Setya Novanto terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar dalam Munaslub di Nusa Dua, Bali. Ini dianggap sebagai akhir bahagia partai beringin itu setelah terjadi perpecahan perebutan akibat perebutan kursi Golkar 1 antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono.

Pada pemungutan suara yang dilangsungkan sejak Selasa dini hari, Setnov berhasil mengalahkan 7 calon ketua umum lainnya.

Setya dan 7 calon ketua umum lainnya harus menghadapi perjalanan berliku sepanjang munaslub berlangsung. Ada pula peristiwa lucu pada pembukaan Munaslub Golkar karena Setya Novanto tertangkap kamera tertidur sambil berdiri saat mengheningkan cipta.

Selain itu, ada juga isu politik uang, kericuhan, hingga lobi-lobi kamar 1510 di Hotel Bali Nusa Dua Convention Center yang memuluskan mantan Ketua DPR itu menempati pucuk pimpinan partai beringin.

2 dari 6 halaman

Setya Novanto Tidur Berdiri

Politisi Partai Golkar, Setya Novanto di Kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (2/5/2016). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ada kisah lucu yang terselip pada pembukaan Munaslub Golkar 2016. Calon ketua umum Golkar Setya Novanto tertangkap kamera sedang tertidur sambil berdiri saat mengheningkan cipta.

Dalam rekaman itu, seluruh hadirin terlihat berdiri mengheningkan cipta menundukkan kepala sambil mendengar lagu yang dibawakan paduan suara.

Karena kemudian menyorot ke tamu undangan yang terdiri atas ketua partai politik. Saat kamera menyorot ke barisan calon ketua umum, terlihat semua menunduk khidmat.

Tapi, tiba-tiba tubuh Setya Novanto yang berada di antara Ade Komarudin dan Airlangga Hartarto terhuyung ke depan nyaris jatuh. Seketika, pria yang karib disapa Setnov itu tersadar dan membuka matanya. Dia lalu melihat ke arah kiri sambil tersenyum malu. Kamera pun terus menyoroti calon ketum lainnya.

Novanto pun mengakui jika dirinya sempat tertidur saat pembukaan munaslub. Hal itu terjadi lantaran dirinya kelelahan hingga terkantuk-kantuk.

"Saya memang terlalu kecapean ya secara alamiah bahwa saya melayani input dari semua dari daerah-daerah yang mana saya sudah siap untuk melayani 24 jam," kata Novanto.

3 dari 6 halaman

Isu Politik Uang

Dua caketum Ade Komarudin dan Setya Novanto di pembukaan Munaslub Golkar di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (14/5/2016). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Jelang pemilihan Ketua Umum Partai Golkar, peserta munaslub dihebohkan dengan SMS berisi mahar miliaran rupiah bagi ketua DPD yang berani menyebutkan nama calon ketua umum yang didukung saat pembacaan pandangan umum.

Saat pandangan umum, beberapa DPD Golkar menyampaikan dukungan pada Setya Novanto. Sedikitnya ada empat ketua DPD yang menyatakan dukungan untuk caketum nomor dua itu, yakni Jambi, Kepulauan Riau, NTB, dan Banten.

Ketua DPD I Jambi Zoerman mengaku mendapat SMS itu. Dalam pesan pendek itu disebutkan akan mendapat Rp 3 miliar setelah menyebutkan nama. Hanya, dia membantah mendapat uang itu.

"Tidak ada (menerima guyuran uang). Malah ada SMS dari nomor enggak dikenal akan dapat uang kalau nyebutin nama calon," ujar Zoerman.

Politik uang ini juga diakui oleh Komite Etik Munaslub Golkar. Hanya saja, komite etik kesulitan membuktikan semua laporan itu.

"Saya tidak naif, saya tahu bahwa ada praktik-praktik money politics. Kami-kami di sini mengetahui permainan-permainan money politics tapi kami sulit membuktikannya tidak ada bukti-bukti yang lengkap. Kami terus didesak, kami menyampaikan bahwa kami tidak punya bukti lengkap untuk diproses," kata Ketua Komite Etik Musyawarah Nasional Luar Biasa DPP Partai Golkar Fadel Muhammad.

4 dari 6 halaman

Kericuhan Warnai Munaslub

Terjadi dua kericuhan pada Munaslub Golkar di Nusa Dua. Sementara itu, Presiden Jokowi mengaku dirinya penggemar lagu dan artis Korsel.

Kericuhan yang terjadi saat munaslub terus terjadi. Setidaknya ada 3 kali keributan para peserta munas.

Pertama, saat Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan datang sebagai peninjau. Luhut disambut kericuhan yang terjadi antar-peserta munaslub.

Setibanya di ballroom, Luhut menjelaskan pertemuan dirinya dengan beberapa calon ketua umum Partai Golkar tadi siang. Dia mengatakan, hanya makan siang biasa dan memberi pesan agar tetap solid, sehingga Golkar bisa lebih baik.

Kemudian, kericuhan kembali terjadi saat berebut pengurus sah Kosgoro-Soksi. Seorang peserta terpaksa diamankan karena dianggap menjadi penyebab keributan.

Peristiwa itu bermula saat pimpinan sidang, Nurdin Halid membacakan Surat Keputusan Menkumham terkait keabsahan kepengurusan dua sayap partai Kosgoro dan Soksi. Menurut SK itu, Kosgoro yang sah di bawah Agung Laksono dan Soksi versi Ade Komarudin.

Tiba-tiba seorang pria berbadan tegap berteriak meminta pimpinan segera mengesahkan hal itu. "Sah kan pimpinan," ujar pria yang mengenakan kemeja bergaris itu.

Tekanan itu membuat kubu lainnya tidak terima. Mereka akhirnya saling adu mulut. Beberapa peserta lain coba memisahkan keduanya tapi gagal. Tak lama kemudian, Angkatan Musa Partai Golkar (AMPG) melerai dan membawa pria berbadan besar itu keluar ballroom, Bali Nusa Dua Convention Center, Kabupaten Badung, Bali.

Sidang pembahasan tata tertib Munaslub Partai Golkar di Ballroom Bali Nusa Dua Convention Center sempat ricuh. Kericuhan terjadi saat pembahasan penentuan pimpinan sidang.

Peristiwa itu terjadi saat perwakilan dari DPD II Sulawesi Tenggara Tahir Kimih mengungkapkan pendapat terkait Pasal 16 terkait unsur pimpinan Munaslub Golkar. Pasal 16 ayat 4, diatur pimpinan Munaslub merupakan kesatuan kolektif yang terdiri dari 1 orang dari DPP, 3 orang dari DPD Provinsi, 1 orang dari Ormas dan Organisasi sayap.

Dalam sidang, muncul usulan dari Ketua Dewan Pertimbangan Golkar Akbar Tandjung agar Dewan Pertimbangan masuk dalam unsur pimpinan Munaslub.

Belum selesai menyampaikan pendapat, perwakilan DPD II Sulawesi Tenggara lainnya berdiri dan mempertanyakan keabsahan Tahir.

5 dari 6 halaman

Kesepakatan Priyo Budi Santoso

Bakal calon ketua umum Partai Golkar, Priyo Budi Santoso melambaikan tangan saat menghadiri kegiatan sosialisasi Panitia Pengarah Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar di DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (2/5/2016). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sebelum pemilihan, rupanya Priyo Budi Santoso bertemu dengan Setya Novanto. Rupanya, sejak awal Priyo sudah mengalihkan dukungan kepada Setya Novanto.

Setelah pembicaraan intensif, Priyo sepakat mengalihkan dukungan ke Novanto.

"Saya sudah mengadakan pertemuan 4 mata dan sepakat untuk mendukung Setya Novanto sekaligus mengalihkan dukungan," kata Priyo.

Tak hanya itu, beberapa konsultasi dengan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan juga semakin meyakinkan Priyo untuk mengalihkan dukungan.

"Ini terinspirasi dari pembicaraan sebelumnya yang saya lakukan dengan pak ARB dan pak Luhut, secara terpisah," imbuh Priyo.

"Harapan dari kesepakatan itu memenangkan Novanto pada Mubaslub Golkar," kata Priyo.

Menurut dia, kesepakatan itu dibangun Selasa dini hari sekitar pukul 02.00 WITA, sebelum voting dilakukan.

Kesepatakan diambil di kamar 1510 di Hotel Bali Nusa Dua Convention Center.

6 dari 6 halaman

Mundurnya Ade Komarudin

Ade Komarudin dan Setya Novanto berpelukan di Munaslub Golkar, Bali, Selasa (17/5). Setya Novanto (Setnov) terpilih menjadi Ketum Partai Golkar periode 2016-2019 setelah dirinya melakukan musyawarah mufakat dengan Ade Komarudin. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ade Komarudin sebagai kandidat terkuat kedua pun akhirnya mengalah dan menyerahkan kursi Golkar 1 ke Setya Novanto.

Ade Komarudin mendengarkan saran dari bakal calon lain, Syahrul Yasun Limpo. Syahrul meminta Ade tidak melanjutkan pertarungan dan menyerahkan kursi Golkar 1 kepada Setya Novanto.

Pria yang akrab disapa Akom itu mengatakan sudah berdiskusi dengan calon ketua umum lainnya, juga dengan Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie. Hasilnya, Akom mantap menyerahkan kursi Golkar 1 ke Setya Novanto.

"Saya kira saya lebih mudah dari Novanto, saya lebih baik mundur. Masih ada kesempatan saya di masa yang akan datang. Saya dan rekan saya akan beri support kepada Pak Novanto," ujar Akom.

Video Terkini