Liputan6.com, Jakarta - Pencarian terhadap teroris Santoso dan kelompoknya di hutan Poso, Sulawesi Tengah tidaklah mudah. Bahkan, Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan kesulitan yang dirasakan bisa diibaratkan seperti mencari jarum dalam jerami.
"Besarnya hutan itu luas, seperti mencari jarum dalam jerami, enggak gampang. Susah lawan gerilya, seluruh negara-negara di dunia enggak mudah," ujar Luhut dalam wawancara khusus bersama Liputan 6 SCTV di SCTV Tower, Senayan, Jakarta, Selasa (17/5/2016) malam.
Baca Juga
Dia menegaskan, Santoso dan kelompoknya kini sudah terkepung. Namun, dia tidak dapat menargetkan kapan kelompok bersenjata tersebut dapat tertangkap. Karena menangkap gerilyawan tidak dapat ditargetkan.
Advertisement
"Gerilya enggak ada target-target, kalau ada yang bilang gampang nangkep Santoso, datang ke saya. Tapi sekarang Santoso sudah terkepung," kata dia.
Memang, Luhut mengakui kondisi medan tidak mudah dilalui. Selain itu, semangat kelompok Santoso tak takut mati juga turut menyulitkan penangkapan. "Kemungkinan dua atau tiga bulan lagi Santoso tertangkap," pungkas Luhut.
Baca Juga
Sementara itu, Operasi Tinombala untuk memburu kelompok teroris Santoso yang bersembunyi di hutan pegunungan Poso diperpanjang. Semula operasi tersebut direncanakan berakhir pada 8 Mei 2016. Hal ini dipastikan oleh Kapolri Badrodin Haiti.
"Diperpanjang. Ya sudah pasti. Sampai selesai. Sampai habis. Polanya tetap sama," kata Badrodin di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 2 Mei lalu.
Menurut dia, penumpasan kelompok teroris Santoso tinggal menunggu waktu. Aparat gabungan dalam operasi itu hanya harus adu kuat sebelum kelompok tersebut ditangkap sepenuhnya.
"Tinggal betah-betahan, kuat-kuatan saja. Saya katakan mereka sebagian besar anak buahnya sudah ditangkap," tutur Badrodin.