Liputan6.com, Jakarta - Deputi 1 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Abdul Rahman Kadir mengatakan Sulawesi Selatan menjadi salah satu wilayah perkembangan radikalisme.
"Ideologi radikal berkembang pesat di Jawa dan di luar Pulau Jawa. Di Pulau Jawa hampir seluruh wilayah ada kelompok radikalisme, kalau di luar Pulau Jawa ada di Sumatera, Lampung khususnya serta di Sulawesi Selatan," kata Abdul Rahman di Jakarta seperti dikutip Antara, Kamis (9/6/2016).
Baca Juga
Dia menceritakan, baru-baru ini ada seorang guru perempuan di Sulawesi Selatan yang bergabung dengan kelompok terorisme Suriah karena membaca sebuah buku.
Advertisement
"Saat ini dia berada di Turki, dia bergabung dengan kelompok teroris setelah membaca buku berjudul 'Aqidah'. Dia juga meninggalkan anak beserta suaminya untuk ke Suriah dan bergabung dengan ISIS," kata Abdul Rahman.
Dia mengatakan, kelompok militan ISIS memang pandai melakukan perekrutan, propaganda dan hasutan dengan mengandalkan media, terutama media sosial.
Sementara Direktur Pencegahan BNPT Hamidin menjelaskan, awal gerakan radikalisme di Sulawesi Tengah adalah saat terjadi perang agama di Poso.
"Itulah kesempatan mereka untuk masuk, kemudian mereka menggunakan pendekatan sedarah dengan cara mengawini anak ulama di tempat tersebut," kata Hamidin.
Dengan menikahi anak ulama setempat, maka mereka lebih gampang menyebarkan ideologinya kepada masyarakat. Salah satu kelompok radikal yang meresahkan di Poso adalah kelompok Santoso.
Saat ini aparat keamanan masih terus mengejar Santoso dan kawan-kawannya. Kuat dugaan pertahanan kelompok Santoso kian lama kian melemah karena jalur logistiknya telah terputus.