Liputan6.com, Yogyakarta: Markas Besar TNI Angkatan Udara terpaksa membatasi pendidikan calon penerbang, menyusul makin tak memadainya jumlah pesawat dan sarana penunjang lainnya. Saat ini, TNI AU hanya bisa mendidik 30 hingga 40 calon penerbang tiap tahunnya. Demikian diungkapkan Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Hanafie Asnan seusai mewisuda 32 siswa sekolah penerbang angkatan ke-62 di Pangkalan Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta, Selasa (11/12).
Menurut Hanafie, selain pesawat udara, sejumlah fasilitas pendukung juga terlihat masih kurang dan tak memadai. Rencana peningkatan fasilitas selalu tersendat, menyusul terbatasnya dana yang dimiliki TNI AU dan pemerintah. Padahal, hal itu sangat mendesak untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah penerbang di Indonesia. Rencananya, pemerintah baru melakukan perbaikan fasilitas sekolah penerbang TNI AU pada tahun 2003 hingga 2005, khususnya untuk penambahan pesawat latih.
Ia menambahkan, selain minimnya fasilitas, dibatasinya pendidikan calon penerbang juga disebabkan terlalu banyaknya jumlah calon penerbang di Indonesia. Bahkan, saat ini, jumlah tersebut diduga sudah melebihi kebutuhan riil penerbang di Tanah Air.(PIN/Wiwik Susilo dan Mardianto)
Menurut Hanafie, selain pesawat udara, sejumlah fasilitas pendukung juga terlihat masih kurang dan tak memadai. Rencana peningkatan fasilitas selalu tersendat, menyusul terbatasnya dana yang dimiliki TNI AU dan pemerintah. Padahal, hal itu sangat mendesak untuk meningkatkan kualitas lulusan sekolah penerbang di Indonesia. Rencananya, pemerintah baru melakukan perbaikan fasilitas sekolah penerbang TNI AU pada tahun 2003 hingga 2005, khususnya untuk penambahan pesawat latih.
Ia menambahkan, selain minimnya fasilitas, dibatasinya pendidikan calon penerbang juga disebabkan terlalu banyaknya jumlah calon penerbang di Indonesia. Bahkan, saat ini, jumlah tersebut diduga sudah melebihi kebutuhan riil penerbang di Tanah Air.(PIN/Wiwik Susilo dan Mardianto)