Liputan6.com, Jakarta - Rusuh suporter sepak bola kembali pecah. Ribuan pendukung Persija Jakarta, The Jakmania membuat geger kawasan Gelora Bung Karno saat pertandingan Persija versus Sriwijaya FC di ajang Torabika Soccer Championship 2016 berlangsung, Jumat malam, 24 Juni 2016.
Suporter yang lekat dengan atribut warna oranye itu bentrok dengan aparat keamanan di Pintu III Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Aparat kepolisian yang mengamankan pertandingan pun dibuat kalang kabut dengan ulah anarkis mereka. Tembakan gas air mata pun dilepaskan untuk membubarkan mereka.
Baca Juga
Hasil BRI Liga 1 Bali United vs Persija Jakarta: Serdadu Tridatu Jinakkan Macan Kemayoran
Jadwal BRI Liga 1 2024/2025, 15-18 Desember: Bali United vs Persija Jakarta
Punya Peran Penting di Pertahanan Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024, Dony Tri Pamungkas Akui Banyak Dapat Pelajaran dari Pemain Senior
Mobil dinas polisi yang terparkir depan pintu III stadion, jadi sasaran amuk massa. selain itu, Mobil Nissan Terrano berwarna hitam juga hancur di bagian kaca depan pengemudi. Kaca mobil berpelat nomor B 1361 RFP itu juga hancur di sisi kiri dan kanannya.
Advertisement
Tak hanya mobil dinas kepolisian, amukan massa juga menyasar lima sepeda motor di depan gerbang menuju Basket Hall kompleks stadion terbesar di Tanah Air itu.
Pantauan Liputan6.com Sabtu dinihari, 25 Juni, satu dari lima sepeda motor tersebut diduga milik jajaran Brimob Polda Metro Jaya berjenis trail. Empat lainnya adalah sepeda motor jenis bebek.
Kondisi motor tersebut kini telah tinggal rangkanya saja. Lantaran telah terbakar hangus.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono menyatakan, rusuh diawali ulah seorang Jakmania yang nekat masuk lapangan.
"Setelah Persija kemasukan 0-1 dari Sriwijaya, ada salah seorang suporter Persija masuk lapangan dan memicu temannya memasuki lapangan sehingga pertandingan dihentikan," ujar Awi Setiyono di Jakarta, Sabtu dini hari 25 Juni 2016 seperti dikutip dari Antara.
Akibat ulah suporter yang diikuti rekan lainnya itu, penonton menjebol pagar sektor 13 dan 14 di Stadion Utama GBK. Petugas keamanan berupaya mengendalikan dan menyisir suporter yang berupaya melempari aparat di pintu sektor 8.
Selanjutnya, petugas menggelar apel konsolidasi sekitar pukul 02.00 WIB guna mendata para korban yang terkena lemparan batu.
Berdasarkan pendataan, terdapat lima anggota kepolisian terluka, 19 suporter mengalami sesak napas, 2 mobil rusak dan 5 sepeda motor dibakar. "Tiga orang luka serius dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramatjati," ujar Awi.
Tidak hanya itu, seorang pedagang minuman turut menjadi korban dan meninggal. Namun berdasarkan keterangan rekannya diduga korban menderita epilepsi.
Petugas masih menyelidiki dugaan kematian pedagang minuman ringan tersebut karena tempat kejadian lokasi dekat posisi pembakaran lima sepeda motor di pintu masuk Basket Hall Senayan.
"Yang meninggal pedagang minuman betul, perkiraan epilepsi menurut keterangan temannya. Namun masih diselidiki, karena TKP di dekat lokasi lima motor yang dibakar di pintu masuk Basket Hall," Awi menjelaskan.
Polda Amankan 155 Jakmania
Petugas Polda Metro Jaya mengamankan 155 pendukung tim Persija atau The Jakmania usai kerusuhan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta Pusat.
"Diamankan di Direktorat Reserse Kriminal Umum," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Awi Setiyono di Jakarta, Sabtu, 25 Juni 2016.
Namun, 155 Jakmania ini akhirnya dilepas. Mereka tidak ditahan karena polisi tidak mempunyai bukti lengkap terkait keterlibatan mereka.
"Ada 155 suporter, siang ini rencananya akan kita pulangkan, kita panggil orangtuanya kita bina. Karena memang dari barang bukti dan alat bukti memang tidak cukup, untuk perbuatan pidananya belum kita ketemukan," kata Awi.
Para suporter yang ditangkap mayoritas ABG. Saat diperiksa, tidak ditemukan senjata tajam.
Awi menuturkan saat terjadi bentrok, para suporter ini melempar batu, botol plastik, dan helm.
"Kebanyakan batu-batu bahkan saking brutalnya apa yang ada di depan mereka, helm pun dilempari semua," Awi menjelaskan.
Penangkapan juga dilakukan jajaran Polres Metro Jakarta Pusat. Puluhan anggota The Jakmania, yang mayoritas remaja dan masih berstatus pelajar diringkus.
"Yang kami tangani hanya 27 orang The Jakmania. Tapi sampai saat ini belum ada yang terbukti terlibat (kericuhan dengan polisi)," ujar Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Tahan Marpaung, Jakarta, Sabtu 25 Juni 2016.
Tahan mengatakan, dari pemeriksaan belum ada yang terbukti melakukan penyerangan terhadap polisi di lokasi bentrokan. Rencananya para The Jakmania akan dipulangkan kepada orangtuanya. "Sampai saat ini belum ada yang terbukti terlibat. Jadi akan kami pulangkan," ujar dia.
Dari 27 anggota Jakmania yang ditangkap, hanya ada satu yang bakal ditahan, karena terbukti membawa senjata tajam.
"Namun, satu kami tahan karena pas diperiksa tasnya, dia bawa celurit. Dia kami kenakan UU Darurat," ucap Tahan.
3 Polisi Luka Serius
Sejumlah anggota kepolisian menjadi korban keganasan The Jakmania saat pertandingan Persija melawan Sriwijaya FC.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Awi Setiyono mengatakan tiga polisi menderita luka serius masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
"Tiga luka serius dirawat di RS Kramat Jati," kata Awi ketika dihubungi di Jakarta, Sabtu 26 Juni 2016.
Kapolda Metro Irjen Moechgiarto pun menyempatkan menjenguk anggotanya yang terluka akibat bentrok.
"Kehadiran Bapak Kapolda Metro Jaya ke RS Bhayangkara dalam rangka menjenguk atau membesuk anggota Polri yang menjadi korban kebrutalan Jakmania," kata Awi Setiyono.
Mereka yang saat ini masih dirawat di rumah sakit adalah adalah Brigadir Hanafi, Brigadir Wawan Chandra, Brigadir Supriyadi, dan Aiptu Muhtadi.
"Dari semuanya, yang paling parah adalah Brigadir Hanafi dan Brigadir Wawan. Mereka yang mendapatkan penanganan paling serius," tutur Awi.
Awi melanjutkan, tiga anggota telah sadar. Hanya Brigadir Hanafi yang masih belum sadar dan menjalani perawatan di ICU RS Polri.
"‎Lukanya cukup parah di bagian kepala, dan saat ini belum sadar. Masih dirawat secara intensif," jelas Awi.
Moechgiyarto tiba di lokasi pukul 12.00 WIB. Ia didampingi Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Samsul Bahri dan Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Agung Budjiono.
Mereka di rumah sakit hampir satu jam dan meninggalkan lokasi pukul 12.50 WIB.
Tanggapan Ahok
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengaku geram atas ulah suporter Persija Jakarta, The Jakmania yang kembali membuat rusuh di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jumat malam, 24 Juni 2016.
Ahok mengatakan, ulah The Jakmania membuat kerusuhan bukan kali ini saja. Dia meminta polisi menindak tegas suporter yang berbuat kerusuhan. Apalagi, bentrok itu terjadi antara suporter Persija dengan kepolisian.
"Menurut saya harus dihukum ya biar kapok, ini sering lho. Karena enggak pernah dihukum jadi enggak pernah kapok," kata Ahok di Kota Tua, Jakarta, Sabtu 25 Juni 2016.
Selain itu, Ahok juga meminta organisasi The Jakmania diselidiki apakah resmi atau tidak sebagai organisasi suporter klub sepak bola.
"Nah berbadan hukum tidak, ini juga organisasinya. Kan suporter Persija juga organisasi. Harus dicari tahu dong,"‎ ujar Ahok.
Ahok menegaskan, meskipun setiap kerusuhan yang dibuat Jakmania didominasi suporter remaja, mereka tetap harus ditindak. "Kan ada hukumnya bagi anak-anak, ini jangan dibiarkan. Harus dong dihukum," Ahok menandaskan.
Ahok menambahkan, Jakmania yang bikin rusuh itu merusak Persija. Dia tidak menyalahkan pendapat bahwa Jakmania itu suporter anarkis jika tim kesayangannya kalah. Sebab, hal itu memang dibuktikan oleh anggota suporter itu.
"Kenapa sih kita banggain The Jak, kalau Persija kalah mesti rusuh. Enggak ‎lucu kalau begitu. Kalau cinta Persija, Jakmania jangan rusuh dong," ujar dia.
Ia mendorong aparat kepolisian bertinda‎k tegas dan mendata semua suporter Persija yang kerap berbuat onar, termasuk organisasi suporternya.
"Saya kira mestinya The Jakmania dan organisasinya harus ‎diatur dan harusnya organisasi kayak gitu dididik dong. Dan kepolisian seharusnya kasih data ini anak siapa, sekolah di mana, biar gurunya kasih tahu. Sebenarnya yang kayak gitu mesti dihukum," Ahok menandaskan.