Â
Liputan6.com, Jakarta - Empat rumah sakit swasta disebut-sebut terlibat dalam perkara dugaan pemalsuan vaksin. Keempat rumah sakit di wilayah Bekasi, Jawa Barat ini diduga menyediakan vaksin bagi pasien.
Baca Juga
Penyidik Direktorat Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri sebenarnya sudah memprediksi adanya keterlibatan pihak RS dalam peredaran vaksin palsu ini. Apalagi, dari hasil penangkapan terhadap 16 tersangka ini sudah jelas mengindikasikan terdapat empat jaringan peredaran vaksin palsu. Perannya mulai dari produsen, distributor, hingga ke kurir. Artinya, ada suplai vaksin ilegal ke sejumlah rumah sakit.
Advertisement
"Titik awal kami mulai dari tempat produksinya, distributornya, kemudian mengalir ke klinik dan apotek, dan kami lihat ke mana didistribusikan apakah ke bidan atau perawat," kata Agung di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Selasa 28 Juni 2016 lalu.
Dengan adanya kesimpulan itu, penyidik Dit Tipid Eksus Bareskrim kemudian menggandeng Kementerian dan Kesehatan serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) guna menelusuri pendistribusian vaksin palsu hingga ke RS. Satgas penanganan vaksin palsu pun dibentuk.
Menurut Agung, pihaknya harus berhati-hati menindak keterlibatan pihak RS ini. Bisa jadi, masuknya vaksin palsu di RS akibat ulah oknum pegawai RS.
"Jadi kami mesti akan memfokuskan penegakan hukum kepada pihak yang lakukan kejahatan ini. Kalau perorangan, kami akan fokus ke siapa orangnya. Kita harus paham RS adalah fasilitas kesehatan yang dibutuhkan bagi kita semua," terang Agung.
Di satu sisi, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) juga belum bisa berbuat banyak terkait beredarnya vaksin palsu hingga ke rumah sakit. Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maura Linda Sitanggang mengaku akan terus bekerja sama dengan Satgas untuk mencari tahu kebenaran masuknya vaksin palsu ke RS.
"Tentu itu akan kami bahas tuntas di satgas. Ada dua hal. Dari aspek supply tentu ada ketentuan yang harus kami ikuti. Kalau ranah pidana, polisi akan menindaklanjuti dengan pidana," kata dia di Bareskrim Mabes Polri, Selasa 28 Juni 2016.
Masih Dirahasiakan
Penting sebenarnya bagi masyarakat mengetahui rumah sakit mana yang benar-benar terbukti menyediakan vaksin palsu bagi pasiennya. Hal ini guna mencegah masyarakat tidak salah memilih RS untuk memberikan vaksin kepada balita mereka.
Namun polisi bersikap lain. Mereka masih merahasiakan nama RS yang terindikasi terlibat. Kepala Badan Reserse Kriminal Polri, Irjen Ari Dono Sukmanto menegaskan jajarannya masih melakukan audit terkait adanya dugaan pihak rumah sakit yang dicurigai terlibat kasus peredaran vaksin palsu. Oleh karenanya, hingga kini pihaknya belum mengumumkan ke publik nama empat RS di kawasan Bekasi, Jawa Barat yang dicurigai.
"Kalau kami buka RS nya, barangnya ilang. Kami enggak dapet. Maka cari dulu, kumpul. Kalau nanti kami sampaikan barang bukti, vaksinnya berapa. Kami masih audit berapa jumlah hasil produksi dia (tersangka produsen) dengan kemampuan mesin, berapa orangnya, berapa yang mampu dia produksi," tegas Ari Dono di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Rabu 29 April 2016.
Bila nanti hasil audit yang dilakukan selesai, Ari Dono berjanji akan mengumumkann nama-nama rumah sakit yang terlibat ke publik.
"Dirtipideksus akan segera informasikan RS mana kalau sudah selesai (auditnya)," tandas Ari Dono.
**Ingin mendapatkan informasi terbaru tentang Ramadan, bisa dibaca di sini.
Â